Mohon tunggu...
Muhammad SyaifulArief
Muhammad SyaifulArief Mohon Tunggu... Guru - Roosibun writer

رب سكوت ابلغومن كلام

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Isu Muslim Minoritas dan Islam Phobia

5 November 2023   19:38 Diperbarui: 5 November 2023   19:41 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Diskriminatif terhadap muslim minoritas menjadi isu kali semakin masif. Terutama konsumsi publik akan pemberitaan terhadap muslim di Uighyur China. Baik tekanan secara politik dan ekonomi, mereka mengalami penindasan secara fisik, bahkan menghadapi genosida secara sistematis. Kaum minoritas Muslim ini harus berjuang sendiri untuk melangsungkan hidupnya di bawah kungkungan kekuasaan mayoritas non-Muslim dan pemerintahannya sendiri.

Tidak hanya Uighyur di beberapa negara di kawasan Asia. Nasib buruk dialami kaum Muslim Rohingya di Myanmar, Muslim Pattani di Thailand, Muslim Moro di Filipina, Muslim Cham di Kamboja. Bahkan nasib tragis terus dialami oleh Muslim Xinjiang, Cina. Ada sekitar 8,5 juta jiwa Muslim di wilayah ini dengan bangunan masjid sebanyak 23 ribu buah. Penduduk Cina sendiri mencapai 1,3 miliar jiwa. Mereka terus-menerus didera penderitaan luar biasa dan dicap sebagai teroris.

Selain kaya akan mineral, minyak bumi, dan gas cadangan terbesar di Cina, Xinjiang sangat penting secara geopolitik. Maka dari itu, demi mengontrol Xinjiang, berbagai langkah dilakukan Pemerintah Cina, termasuk membelenggu hak warga Muslim untuk menjalankan ritual dan ajaran agamanya. Sekadar contoh, keberadaan sekolah Islam, masjid dan imam dikontrol secara ketat. Dalam kurun waktu 1995 hingga 1999, pemerintah telah meruntuhkan 70 tempat ibadah serta mencabut surat izin 44 imam. Pemerintah juga menerapkan larangan ibadah perorangan di tempat-tempat milik negara. Larangan ini mencakup larangan shalat dan berpuasa pada bulan Ramadhan di kantor atau sekolah milik negara.

Tekanan yang luar biasa baik dari negara dan suku Han inilah yang memicu mereka untuk memilih memisahkan diri dari Cina. Rencana itu kian membuat pemerintah Cina mencengkeram Xinjiang dan menindas kaum Muslim di sana. Korban-korban berjatuhan dalam beberapa bulan terakhir.

Mengenai toleransi beragama yang viral kini ialah film the santri yang mana tumpeng masuk gereja, kemudian lantunan sholawat di gereja dengan haleluya. Bahkan dibeberapa media sosial facebook juga ramai dengan sholawat digereja. Sebagian dari kondisi ini ada pihak pro dan kontra. setiap jiwa memiliki hak, berbagai hak tidak boleh ditindas. Sama halnya dengan muslim minoritas untuk meluruskan dan menjamin berbagai hak maka perlu adanya konferensi berbagai negara dan menyuarakan aspirasi. Sehingga dari hasil konferensi itu maka diperlukan tindakan sikap positif sehingga mengubah mindset masyarakat.

Dalam menanggapi toleransi beragama kita harus mengambil sikap cerdas dan cermat. Karena negara memiliki sosok pemuka agama atau ulama, jangan sampai menjadi masyarakat yang bodoh karena ikut-ikutan yang tidak tahu akan hukum agama. Jadi keputusan diambil ulama sudah menjadi berbagai timbagan yang tahu akan hukum agama. Maka dari itulah sikap nasihat harus kita dengarkan.

Eropa selalu mengangkat isu mengenai Islam Phobia, rasa takut akan agama Islam itulah seringkali diartikan umunya bagi umat. Rasa takut yang berlebihan terhadap agama Islam dan umat muslim. Islamophobia mulai tumbuh ditengah-tengah kehidupan masyarakat non muslim, khususnya di Amerika dan Eropa.  Opini yang negatif begitu banyak diungkapkan oleh masyarakat yang membenci Islam sehingga memberi impak kepada orang awam.

Kebencian terhadap agama Islam ditunjukan dengan menjadikan Islam sebagai agama yang harus dijauhi dan ditinggalkan. Mereka yang bercadar dan berkerudung panjang, serta yang berjenggot dan berjidat hitam, tak habis dibenci dan dicaci maki. Islamophobia pun diperkuat dengan kejadian-kejadian teror yang menyita perhatian dunia dan menggiring opini publik bahwa Islam adalah agama yang radikal dan menghalalkan segala tindakan yang bertujuan menghilangkan nyawa manusia. Padahal Islam sendiri tidak pernah membenarkan perkara tindakan ini.

Fenomena kejadian WTC (world trade center) di Amerika juga diduga karena aksi terorisme Islam. Kemudian organisasi ISIS juga dianggap sebagai Islam liberal menggangap apapun yang tidak sejalan maka akan dibunuh. Sehingga memunculkan hal negatif  Islamphobia kepada masyarakat. Hal ini sebetulnya kita menjadi masyarakat cerdas dengan meneliti apakah itu disebabkan Islam atau hanya alat propaganda saja. Maka sikap yang arif kita terus galangkan sebagai muslim maka kewajiban kita apabila orang yang menjust sebaiknya kita tidak ikut marah. Melainkan kita ubah dengan tindakan positif. Walaupun kita tahu bahwa ini adalah propaganda barat untuk membuat pandangan negatif Islam. Tapi seorang pemenang dan kedamaian akan disuatu hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun