Mohon tunggu...
Muhammad Hanafi
Muhammad Hanafi Mohon Tunggu... Guru - Penulis Di Sekolah

Senang membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kematian Itu Ada: Kematian Adalah Mahkluk, Datang Dengan Cara yang Dia Mau

14 Juni 2024   08:53 Diperbarui: 14 Juni 2024   09:03 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KEMATIAN ITU PASTI 

Semua makhluk yang bernyawa akan mengalami kematian, ayat dalam Al Qur'an menyebutkan seperti itu (Surat Al-Ankabut, ayat 57 firman dari Allah). Kemauan setiap manusia sebelum kematian mempunyai keinginan, setelah kaya, inginnya setelah mapan, serta masih menjumpai sebelum kematian menjemput, ingin anaknya mapan, ingin cucunya mapan. Ini sebetulnya tidak siap mati juga, tapi tetap akan mengalami kematian.

Sebenarnya menghadapi kematian itu, sama saja menghadapi kehidupan "Inna sholati wanusuki wamakiyaya wamamati lilla hirobbil alamin" Kita hidup itu pasti mengalami kematian, untuk menghadapi kematian, dalam lauful mafus sudah dituliskan. Bahwa si A, ditulis mati karena kecelakaan, si B ditulis mati karena Tua, si C mati karena sakit, yang satu mati karena tersedak, mati karena nglindur, yang satu mati karena tenggelam. Sebetulnya kalau kita bisa melihat lauful ma'fud, kita tidak ketakutan. Seandainya malaikat suka bully, maka berkata "Kenapa kamu takut menghadapi korona, padahal kematianmu bukan karena Covid, melainkan karena kecelakaan".

Dalam suatu ayat dikatakan "Lakod kunta lafin gof minhada wakasafna angka kitoa kafa basaruka..."

Manusia di dunia itu dianggap tidur, tidur itu dalam tanda kutip "bodoh" tidak tau. "Wakashafna anka kitoa" maka setelah mati itu, manusia jadi pintar. Ketika pintar, sudah meninggal tidak bisa memperbaiki kesalahan-kesalahan kita. Kenapa kita dikatakan tidur, karena kita menyaksikan hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan kita, tidak ada hubungannya dengan kebutuhan kita. Misalnya kita melamun ingin kaya raya, hidup sejahtera, kita pejadi pejabat, yang lain anak buah semua. Ternyata itu gak penting di akhirat, yang penting adalah kita meninggal dalam keadaan menghamba kepada Allah SWT.

Kita perlu refleksi diri, andaikan hati kita sudah direkam oleh Allah SWT, orientasinya Si A ingin punya mobil, punya rumah mewah, terus orientasinya begitu. Di depan Tuhan menyuruh kita, mensyareatkan kita, inginnya jadi hamba yang terbaik, menjadi kekasih terbaik, menjadi hamba bersujud, menjadi hamba yang bersedekah. Jadi ini tidak singkron antara cita-cta fersi Allah yaitu dianjurkan menjadi hamba yang sholeh, yang bermanfaat, memanfaati orang banyak. Kemudian ini ada cita-cita yang kad'dun nafsi, ingin mapan, semua anak buah, hal-hal ini harus kita jaga, jangan sampai terjadi. Makanya, disemua kitab, terutama mendahulukan niat, "waman kana ijrotul illalloh warosulli, waijrotul illalloh warosullih" orang baik itu orientasinya menuju Allah SWT, lalu orang yang kurang baik, orang yang orientasinya harta, perempuan, pokoknya inginnya hal-hal kepentingan dirinya sendiri.

Namun, lalu kenapa kita tidak tahu...? Ya...tidak tau karena tadi, kita kalau tidak baca zdikir, tidak punya efek samping.

Kita, kalau tidak punya uang biasanya lemas, kita tau karena uang itu penting, maka dari itu dzikir tidak penting. Dari kesimpulan itu, kita menjadi bodoh. Ketika kita meninggal, uang tidak penting, dzikir lebih penting. Tapi tahu kita semua terlambat, setelah meninggal. Disini kita saling mengingatkan apapun kondisi kita selalu ingat kepada Allah SWT. Cara mengingatnya bagaimana...? Kata Nabi "kamu mebayangkan musibah yang lebih ekstrim, kamu akan tau yang kamu alami "waanu waaisar" yang kamu alami itu ringan sekali, Ringan seringan ringannya. Dalam ilmu falak, orang yang ahli perbintangan, akan merasa ketakutan bahwa benda langit ini akan jatuh kemudian menimpa bumi. Kalau ahli geologi, takutnya bumi ini akan liquilifaksi, karena sumberdaya alamnya sudah dikeruk dimanfaatkan. Untuk ahli ekstrim, takutnya adanya  teroris, ahli sosiologi takutnya Indonesia keos atau bangkrut, kalau ada kekacauan/keos akan saling membunuh. Ketakutan ini akan menyebabkan kematian, tergantung tema yang lagi viral. Kecelakaan lalulintas menyebabkan kematian, liquifaksi menyebabkan kematian, gunung meletus, gempa, tsunami, penyebab kematian banyak. Ada kematian sunami, takut sunami, kalau temanya Covid, ya kematiannya covid. Kalau ada tetangga meninggal karena mengigau baru gempar, maka ada yang bilang "kalau tidur hati-hati, kalau meninggal mengigau" jadi masalahnya

karena kita tidak tau sebab kematian, maka datanglah agama menganjurkan atau mengatakan  "sudalah yang penting kamu tawakal", bahwa semua urusan kamu ditangan Allah SWT " inna sholati wanusuki wamakiyyaya, wawamati lilla hirobbil alamin lasarikala" ibadah kita, sholat kita, mati kita  semua ditangan Allah SWT. Sehingga berfikir begini melihat covid, gempa, liquifaksi, sunami, macama-macam, kita harus bersyukur bawah, kita dikelilingi sebab kematian. Dengan seperti ini, kita ini baik sekali. Kenapa, kita tidak mengalami gempa, tidak mengalami sunami, tidak mengalami benturan benda langit. Karena kalau itu terjadi, habis seluruh dunia, dan Indonesia. Disini cara Allah, membuat kita selalu bersyukur itu tidak terjadi. Ada sebuah ayat Allah mengingatkan "aamintum man aiyaksifati wal ardo...." Bumi itu sendiri itu pontensinya hancur.

Kita disini dikelilingi kehancuran, tapi nyatanya mulai zaman Nabi kehidupan ini selalu berlangsung, tanpa terjadi apa-apa, maka kita harus selalu bersyukur. (dikepung kematian, khayalannya masih tinggi).

Islam mengajarkan, "aksiru mindikril min hadad" kamu harus banyak mengingat mati, tapi uniknya, Islam menganjurkan Ingat mati dan dianjurkan justru semangat hidup karena kita butuh bekal. Maka kalau kita ingat mati, jangan terus loyo nunggu takdir mati, maka disuruh semangat untuk hidup. Ingat mati dengan cara mencintai kehidupan/hidup, karena hidup, bekal kita untuk bertemu Allah SWT. (Penajam, 14 Juni 2024)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun