Di media sosial thrift store pun banyak bermunculan setiap tahunya karena bisnis thrift sendiri tidak memerlukan banyak modal tetapi income yang didapat juga banyak.Â
Banyak cara dalam mendapatkan barang bekas bisa dengan cara mencari di setiap pasar kita pilah pilih satu persatu atau dalam karung yang belom dibuka , kebanyakan jika untuk disimpan atau di gunakan sendiri biasanya mengunakan metode piliha pilih. Jika untuk para penjual biasanya mereka membeli ball atau karungan yang belom di buka.
Dan semakin hari budaya ini sangat ramai dan pesat di gemari oleh banyak kalangan yang tadinya hanya anak muda , sekarang banyak kalangan menyukainnya. Dengan disongkongnya oleh media sosial maka hal ini akan bertambahh pesat dikarenakan dampak dan efek dalam media sosial sangat tinggi.
Kebanyakan barang second yang di jual seperti kaos , sepatu , celana. Tentunya barang yang memiliki harga tinggi yaitu barang barang dengan merek luar negri serta keadaan yang vintage maka harganya dapat melmbung tinggi,
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh IBISWorld, saat ini thrift store adalah bagian dari industri besar yang bernilai hingga $14.4 billion.Â
Kenyataan yang terjadi di Indonesia mungkin belum dihitung hingga berapa nilai dari industri ini, namun yang yata terasa adalah munculnya thrift shop online maupun offline secara sporadis yang meracuni para milenials. Industri ini juga semakin besar di Indonesia ditandai dengan maraknya milenials yang mulai bangga menggunakan barang second.Â
Kenapa bangga? Mungkin tercermin dari proses mendapatkannya yang sulit hingga barang branded yang bisa didapatkan lebih murah dari setengah harga. (USS.COM)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H