Mohon tunggu...
Muhammad Isa Baiquni
Muhammad Isa Baiquni Mohon Tunggu... Administrasi - Administrator

Membangun dengan pikiran bertindak dengan ilmu

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Memahami Takdir

27 Februari 2024   12:41 Diperbarui: 27 Februari 2024   12:49 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Kata takdir sering kali kita ucapkan paling banyak ketika kita mendapatkan kesusahan. Sebetulnya apa itu takdir ? Menurut M. Quraish Shihab dalam kitab Tafsir Al-Mishbah Takdir berarti ketentuan atau kekuasaan. Takdir merupakan sebuah ketetapan Allah Subhnahu wa Ta'ala yang meliputi segala kejadian yang terjadi di alam ini, baik itu mengenai kadar atau ukurannya, tempat maupun waktunya.

          Mungkin setiap orang memiliki kesedihan atau penderitaannya masing masing dari mulai percintaan, keuangan, karir dan masalah dunia lainnya. Dari beberapa kesedihan atau penderitaan sering kali kita menyalahkan takdir. pernah terlintas dipikiran kenapa kita selalu menyalahkan takdir jika takdir itu buruk atau tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Jika Tuhan itu maha baik kenapa selalu ada ketentuan buruk menurut kita. Tahukah bahwa tidak ada ketentuan buruk yang tuhan berikan hanya saja kita tidak mengetahui rahasia tuhan.

          Memahami takdir bukan hanya dilihat dari perspektif hasil. Banyak dari kita lebih fokus pada hasil dan jarang sekali melihat takdir sebagai perspektif proses yang pada akhirnya kita mengalami kebuntuan dalam menggapai sebuah tujuan. Jika kematian adalah takdir perspektif hasil dari berhentinya seluruh proses kehidupan mengapa ada kehidupan lagi setelah kematian (Kehidupan Alam Barzah) ?

          Banyak dari kita berfikir menyiapkan kematian tapi jarang orang berfikir bagaimana menikmati fase kematian. Banyak orang yang mendambakan kejayaan tapi tidak menikmati proses kejayaan.

          Tulisan ini hanya rangsangan agar kita bisa berfikir lebih objektif dan bijaksana memahami kehidupan.  Cara berfikir akan mempengaruhi peradaban. Menyalahkan peradaban tanpa mengoreksi cara berfikir itu sebuah kekeliruan.

Kemiskinan bukanlah sebuah takdir begitupula kesuksesan itu hanya batas yang di berikan manusia kepada manusia lainnya. Dimata tuhan takdir kita sama tidak ada takdir yang menyusahkan hanya kita perlu merubah cara berfikir kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun