"Hujan masih air, ia membasahi,
Tidak membatasi."
Ujarmu kala itu saat kita berdua menggenapkan temu di cafe itu kala hujan datang menyergap.Â
Hari ini aku masih merayakan nya kala hujan tiba menyergap di bulan Desember yang basah, menyejukkan suasana menghangatkan ingatan, aku duduk kembali di teras kafe itu, mengenangmu mu dg segelas kopi tampa taburan gula, sebab seperti yg kau katakan gula tak baik buat kesehatan. Sebab memandang mu sudah cukup manis. Kita tergelak bersama.Â
Aroma hujan dan tanah masih saja sama seperti tahun tahun lalu.
Wangi parfummu, Percakapan kita setiap kata sepanjang kalimat, masih terekam jelas.
Perpisahan, barangkali adalah cara Tuhan,
untuk menyediakan tempat bagi kita menyambut hari hari penuh rindu atau bahkan merayakan kehilangan.Â
Biarlah
ku rayakan semua muanya, bersama :
Rindu kopi dan kehilangan.Â
Semoga kelak engkau mengerti aku masih merawat setiap ingatan, harapan harapan kita, dalam hidup yg semakin biru,Â
Dan semoga engkau memahami,
Yg kerap berkunjung dalam mimpimu menjagamu dalam lelap adalah aku.Â
Desember, hujan  dan kamu.
Kombinasi yg sempurna
Seperti dikata khoiril anwar "Mati aku di koyak koyak rindu-sepi".Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI