Seorang ahli teknologi pendidikan melihat perkembangan AI seperti DeepSeek dan ChatGPT sebagai bagian dari transformasi besar dalam dunia pembelajaran. Mereka memandang AI bukan sekadar alat teknis, melainkan sebagai kekuatan yang dapat mengubah cara kita memahami, mengakses, dan menerapkan pengetahuan. Dalam pandangan ahli, AI memiliki potensi untuk mempersonalisasi pembelajaran, membuat pendidikan lebih inklusif, dan membuka peluang baru bagi siswa dan pendidik. Namun, di balik potensi besar ini, ada juga tantangan dan pertanyaan kritis yang perlu dijawab, terutama terkait etika, akurasi, dan peran manusia dalam proses pembelajaran. Dalam perspektif teknologi pendidikan, perkembangan kecerdasan buatan (AI) seperti DeepSeek dan ChatGPT telah membawa perubahan signifikan dalam cara kita belajar, mengajar, dan mengakses informasi. Kedua platform ini, meskipun memiliki pendekatan yang berbeda, menawarkan potensi besar untuk mendukung proses pendidikan, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi, serta bagi masyarakat umum yang ingin terus belajar. Namun, untuk memahami mana yang lebih efektif atau relevan, kita perlu melihat secara mendalam bagaimana masing-masing alat ini berfungsi dan dampaknya terhadap praktik pedagogis.
ChatGPT, sebagai model bahasa generatif yang dikembangkan oleh OpenAI, telah menjadi fenomena global karena kemampuannya menghasilkan teks yang mirip manusia. Dalam konteks pendidikan, ChatGPT telah digunakan oleh siswa dan mahasiswa untuk berbagai keperluan, seperti membantu menulis esai, menjelaskan konsep-konsep akademis, atau bahkan merangkum materi pelajaran yang kompleks. Kemampuannya untuk berinteraksi secara alami dan memberikan respons instan membuatnya menjadi alat yang sangat berguna untuk pembelajaran mandiri. Sebuah penelitian oleh Holmes et al. (2022) menyebutkan bahwa AI generatif seperti ChatGPT dapat berperan sebagai "asisten virtual" yang meningkatkan keterlibatan siswa dan mendukung pembelajaran yang lebih personal. Namun, ChatGPT tidak tanpa kelemahan. Studi Kasneci et al. (2023) memperingatkan bahwa meskipun ChatGPT mampu menghasilkan teks yang koheren, ia sering kali menghasilkan informasi yang tidak akurat atau bias. Hal ini menjadi tantangan serius dalam pendidikan, di mana akurasi informasi sangat penting. Oleh karena itu, pendidik perlu memastikan bahwa siswa memiliki literasi digital yang cukup untuk memverifikasi informasi yang diberikan oleh ChatGPT.
Di sisi lain, DeepSeek menawarkan pendekatan yang lebih analitis dan terstruktur. Platform ini dirancang untuk memberikan solusi berbasis data, yang membuatnya sangat berguna dalam konteks pendidikan tinggi dan penelitian. Misalnya, DeepSeek dapat membantu mahasiswa atau peneliti dalam menganalisis data statistik, membuat model prediktif, atau menyelesaikan masalah teknis yang kompleks. Menurut Luckin et al. (2016), alat AI yang fokus pada analisis data dapat meningkatkan kualitas penelitian dan pembelajaran berbasis proyek. Namun, DeepSeek mungkin kurang cocok untuk siswa yang membutuhkan bantuan dalam hal kreativitas atau penulisan, karena fokusnya lebih pada solusi teknis dan analitis. Selain itu, penggunaan DeepSeek memerlukan pemahaman teknis yang lebih tinggi, yang bisa menjadi hambatan bagi pengguna yang kurang familiar dengan teknologi.
Dari perspektif teknologi pendidikan, kedua alat ini memiliki peran yang saling melengkapi. ChatGPT, dengan kemampuannya dalam menghasilkan teks yang mirip manusia, lebih cocok untuk mendukung pembelajaran interaktif dan kreatif. Ia dapat membantu siswa memahami konsep-konsep sulit dengan cara yang mudah dipahami, atau bahkan memberikan umpan balik instan untuk tugas-tugas mereka. Sementara itu, DeepSeek menawarkan solusi yang lebih mendalam dan terstruktur, cocok untuk kebutuhan analitis dan teknis. Misalnya, dalam proyek penelitian yang memerlukan pengolahan data statistik atau pemodelan, DeepSeek dapat memberikan dukungan yang lebih kuat dibandingkan ChatGPT.
Namun, integrasi AI dalam pendidikan tidak boleh dilakukan tanpa pertimbangan yang matang. Seperti yang diingatkan oleh Williamson (2017), penggunaan teknologi dalam pendidikan harus selalu memperhatikan aspek etis dan pedagogis. AI seperti ChatGPT dan DeepSeek dapat menjadi alat yang sangat berguna, tetapi mereka tidak boleh menggantikan peran pendidik atau mengabaikan aspek manusiawi dalam pembelajaran. Selwyn (2021) menegaskan bahwa teknologi harus berfungsi sebagai pelengkap, bukan pengganti, dari proses pembelajaran yang berpusat pada manusia.
Secara keseluruhan, baik DeepSeek maupun ChatGPT menawarkan potensi besar untuk mendukung pendidikan. ChatGPT lebih unggul dalam hal fleksibilitas dan interaktivitas, menjadikannya alat yang ideal untuk siswa dan pendidik. Sementara itu, DeepSeek menawarkan solusi yang lebih mendalam dan terstruktur, cocok untuk kebutuhan analitis dan penelitian. Keduanya dapat saling melengkapi, tetapi penggunaannya harus disesuaikan dengan kebutuhan dan konteks pembelajaran. Yang terpenting, pendidik dan pelajar perlu memastikan bahwa penggunaan teknologi ini dilakukan secara bertanggung jawab, dengan tetap mempertimbangkan aspek etis dan pedagogis. Dalam dunia pendidikan yang semakin digital, AI seperti DeepSeek dan ChatGPT bukanlah solusi akhir, tetapi alat yang dapat membantu menciptakan pengalaman belajar yang lebih kaya dan bermakna.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI