Mohon tunggu...
Muhammad Isnaini
Muhammad Isnaini Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Membaca dan menulis adalah dua sisi dari satu koin: membaca memperkaya wawasan, sementara menulis mengolah dan menyampaikan wawasan tersebut. Keduanya membangun dialog tak berujung antara pikiran dan dunia.

Selanjutnya

Tutup

Home Pilihan

Persahabatan Sejati yang Tak Kenal Waktu dan Status

2 Februari 2025   04:00 Diperbarui: 1 Februari 2025   23:20 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fose bersama Alumni angkatan 1992 IAIN Raden Fatah Palembang

Di tengah gemuruh kehidupan yang terus bergulir, ada satu hal yang tetap abadi, seperti bintang di langit malam yang tak pernah padam: persahabatan sejati. Ia adalah ikatan yang tidak terikat oleh jarak, waktu, atau status sosial. Persahabatan sejati adalah tentang kejujuran, saling pengertian, dan kesetiaan yang tak tergoyahkan. Ia adalah hubungan yang tumbuh dari hati, bukan dari kepentingan atau kesamaan latar belakang. Seperti yang dikatakan oleh C.S. Lewis, "Persahabatan lahir pada saat satu orang berkata kepada orang lain, 'Apa? Kamu juga? Saya pikir hanya saya!'" Persahabatan sejati adalah tentang menemukan jiwa yang selaras, meski dunia di sekitar kita terus berubah.

Waktu sering dianggap sebagai ujian terbesar dalam sebuah hubungan. Namun, bagi persahabatan sejati, waktu justru menjadi saksi betapa kuatnya ikatan itu. Teman sejati adalah mereka yang tetap ada, meski tahun-tahun telah berlalu. Mereka adalah orang-orang yang kita temui setelah sekian lama, namun rasanya seperti baru kemarin kita tertawa bersama. Tidak peduli berapa lama kita tidak bertemu, obrolan tetap mengalir lancar, dan tawa tetap sama hangatnya. Seperti yang diungkapkan oleh William Shakespeare dalam karyanya, "The Merchant of Venice", "Persahabatan sejati adalah ketika dua tubuh memiliki satu jiwa." Ini menggambarkan betapa persahabatan sejati mampu melampaui batasan fisik dan waktu, karena ia dibangun di atas fondasi emosional yang kuat.

Persahabatan sejati juga tidak mengenal status sosial. Dalam kehidupan, seringkali kita terjebak dalam hierarki dan label yang diciptakan oleh masyarakat. Namun, teman sejati tidak peduli apakah kita kaya atau miskin, sukses atau sedang berjuang. Mereka mencintai kita apa adanya, bukan karena apa yang kita miliki atau capai. Seperti yang dijelaskan dalam teori Social Penetration Theory oleh Irwin Altman dan Dalmas Taylor, persahabatan sejati terbentuk melalui proses saling membuka diri dan menerima kelebihan serta kekurangan satu sama lain. Proses ini tidak dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti status sosial, melainkan oleh kedalaman hubungan emosional yang terjalin.

Dunia terus berubah, begitu pula dengan kehidupan kita. Ada yang menikah, pindah kota, atau bahkan pindah negara. Ada yang sukses dalam karier, ada pula yang memilih jalan hidup yang berbeda. Namun, persahabatan sejati tetap ada, meski dunia di sekitar kita terus bergerak. Teman sejati adalah mereka yang tetap setia, meski kita telah berubah. Mereka memahami bahwa perubahan adalah bagian dari hidup, dan mereka menerima kita apa pun yang terjadi. Seperti yang dikemukakan oleh psikolog Carl Rogers dalam teorinya tentang Unconditional Positive Regard, persahabatan sejati adalah tentang menerima dan mendukung tanpa syarat, tanpa menghakimi atau memaksa. Ini adalah dasar dari hubungan yang tulus dan abadi.

Salah satu contoh nyata dari persahabatan sejati yang tak lekang oleh waktu dan status adalah perkumpulan Alumni IAIN Tahun 1992. Meski telah lebih dari tiga dekade berlalu sejak mereka meninggalkan bangku kuliah, ikatan di antara mereka tetap kuat dan bermakna. Mereka tidak hanya bertemu untuk sekadar bersilaturahmi, tetapi juga saling memberikan kontribusi nyata bagi satu sama lain. Dalam pertemuan terakhir mereka di Tanjung Senang, Perkantoran Bupati Ogan Ilir, lebih dari 70 alumni hadir, termasuk yang datang dari kota-kota lain seperti Palembang, Muara Enim, Pagaralam, Prabumulih, Lahat dan Baturaja. Acara tersebut tidak hanya diisi dengan nostalgia, tetapi juga dengan diskusi tentang bagaimana mereka bisa saling membantu, baik secara finansial maupun moral, terutama bagi anggota yang sedang membutuhkan.

Mereka bahkan mengubah tujuan arisan tahunan mereka. Tidak lagi sekadar untuk silaturahmi, arisan tersebut kini menjadi ajang sedekah dan menyantuni keluarga alumni yang membutuhkan. Ini adalah bukti nyata bahwa persahabatan sejati tidak hanya tentang mengingat masa lalu, tetapi juga tentang membangun masa depan yang lebih baik bersama. Seperti yang dikatakan oleh Elie Wiesel, "Persahabatan menandai kehidupan bahkan lebih dalam daripada cinta. Cinta berisiko merosot menjadi obsesi, sementara persahabatan adalah berbagi tanpa syarat." Perkumpulan Alumni IAIN Tahun 1992 adalah contoh nyata dari persahabatan sejati yang terus hidup dan memberikan makna bagi setiap anggotanya.

Persahabatan sejati adalah anugerah yang langka. Tidak semua orang beruntung memilikinya. Ia adalah hubungan yang dibangun dengan kepercayaan, pengorbanan, dan cinta tanpa syarat. Teman sejati adalah cermin yang menunjukkan siapa kita sebenarnya, dan mereka adalah pelita yang menerangi jalan saat kita merasa tersesat. Seperti yang diungkapkan oleh Aristoteles, "Persahabatan adalah satu jiwa yang tinggal dalam dua tubuh." Ini menggambarkan betapa persahabatan sejati mampu menyatukan dua individu dalam ikatan yang lebih dalam daripada sekadar hubungan sosial biasa. Dalam persahabatan sejati, tidak ada kata "terlambat" atau "jauh". Tidak ada status yang bisa memisahkan. Yang ada hanyalah ikatan hati yang tulus dan abadi. Maka, jika Anda memiliki teman sejati, jagalah mereka. Karena di dunia yang penuh ketidakpastian ini, persahabatan sejati adalah salah satu hal yang bisa kita andalkan. Seperti yang ditunjukkan oleh perkumpulan Alumni IAIN Tahun 1992, persahabatan sejati tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang dan memberikan manfaat nyata bagi setiap orang yang terlibat di dalamnya. Ia adalah bukti bahwa cinta dan kebaikan masih ada di dunia ini, dan ia adalah pengingat bahwa di tengah segala kesibukan dan perubahan, ada orang-orang yang selalu ada untuk kita, tidak peduli apa pun yang terjadi.

Santap siang bersama Alumni Angkatan 1992 IAIN Raden Fatah 
Santap siang bersama Alumni Angkatan 1992 IAIN Raden Fatah 

Fose di Jembatan Tanjung Senai Komplek Perkantoran Bupati Ogan Ilir 
Fose di Jembatan Tanjung Senai Komplek Perkantoran Bupati Ogan Ilir 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Home Selengkapnya
Lihat Home Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun