Mohon tunggu...
Muhammad Isnaini
Muhammad Isnaini Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Membaca dan menulis adalah dua sisi dari satu koin: membaca memperkaya wawasan, sementara menulis mengolah dan menyampaikan wawasan tersebut. Keduanya membangun dialog tak berujung antara pikiran dan dunia.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Perdamaian Dunia Melalui Persatuan Keberagamaan Agama sebagai Jalan Damai

21 Januari 2025   09:53 Diperbarui: 21 Januari 2025   09:50 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Perdamaian dunia adalah impian yang senantiasa diperjuangkan oleh berbagai pihak. Namun, jalan menuju perdamaian tidaklah mudah, terutama ketika perbedaan agama, budaya, dan ideologi menjadi sumber konflik. Dalam konteks ini, agama sering dipandang sebagai pedang bermata dua---ia dapat menjadi pemersatu sekaligus pemecah. "Setiap agama besar dunia mengajarkan nilai-nilai universal seperti cinta kasih, penghormatan, dan keadilan", sebagaimana yang terlihat dalam tradisi Islam dengan konsep rahmatan lil 'alamin yang bermakna Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam.

Namun, sejarah juga menunjukkan bahwa agama kerap disalahgunakan untuk membenarkan kekerasan. Penyalahgunaan ini sering kali berakar pada kepentingan politik atau agenda kelompok tertentu. Oleh karena itu, penting untuk kembali pada esensi agama itu sendiri. Dalam ajaran Kristen, prinsip love thy neighbor menjadi landasan bagi cinta kasih, sementara Hindu dan Buddha menekankan ahimsa atau non-kekerasan sebagai cara hidup. Jika nilai-nilai ini diterapkan secara tulus, agama dapat menjadi jalan damai yang mempertemukan umat manusia dari berbagai latar belakang.

Salah satu konflik antarnegara yang saat ini tengah berlangsung adalah perang yang melibatkan kekuatan besar dunia di wilayah Timur Eropa. Perang ini tidak hanya berdampak pada kedua negara yang berseteru, tetapi juga merugikan seluruh lapisan masyarakat global. Harga pangan dan energi melonjak tajam, rantai pasokan terganggu, dan ketidakpastian ekonomi semakin meluas. Seperti yang disampaikan oleh seorang pengamat perdamaian internasional, "Konflik ini bukan hanya pertarungan antar negara, tetapi juga pengingat bahwa perang modern berdampak langsung pada kehidupan sehari-hari jutaan orang di seluruh dunia."

Upaya global seperti Deklarasi Istiqlal dan Badan Internasional Moderasi (BIM) memberikan harapan baru dalam membangun perdamaian berbasis spiritualitas. Deklarasi Istiqlal, yang digagas oleh para pemimpin lintas agama di Indonesia, menegaskan pentingnya kerja sama global dalam menjaga harmoni antarumat beragama. Sebagaimana disebutkan dalam deklarasi, "Pluralisme bukanlah ancaman, melainkan kekayaan yang harus dirawat bersama." Indonesia, dengan keanekaragaman budayanya, menjadi contoh bahwa keberagaman dapat hidup berdampingan dengan nilai-nilai religius.

Sementara itu, BIM menawarkan pendekatan moderasi untuk melawan ekstremisme dan radikalisme. Moderasi, sebagaimana ditegaskan oleh BIM, bukan berarti mengkompromikan prinsip keimanan, tetapi menemukan titik tengah yang menghormati perbedaan dan menolak kekerasan. Pendekatan ini memungkinkan dialog antaragama yang lebih terbuka dan produktif, sehingga menciptakan rasa saling percaya. "Moderasi adalah kunci untuk merangkul keberagaman tanpa melunturkan identitas," demikian salah satu poin penting dalam manifesto BIM.

Dialog antaragama menjadi salah satu instrumen utama dalam menciptakan perdamaian lestari. Melalui dialog, setiap pihak diajak untuk melihat kesamaan nilai-nilai universal tanpa mengabaikan identitas keimanan masing-masing. Dalam konteks ini, pendidikan multikultural juga memainkan peran penting. Dengan memperkuat nilai-nilai kemanusiaan seperti keadilan sosial, empati, dan penghormatan terhadap hak asasi manusia, dialog dapat menjadi alat transformasi yang nyata. "Pendidikan yang inklusif dan berbasis kemanusiaan adalah fondasi untuk membangun masyarakat yang harmonis," kata seorang tokoh pendidikan lintas agama.

Pada akhirnya, perdamaian dunia bukanlah sekadar cita-cita utopis. Jika keberagaman dapat dikelola dengan pendekatan inklusif dan berbasis nilai-nilai spiritual, maka perdamaian dapat terwujud. Sebagaimana Deklarasi Istiqlal dan inisiatif BIM telah membuktikan, kolaborasi lintas agama dan bangsa adalah langkah nyata untuk mencapai dunia yang damai. Dengan mengutamakan dialog antaragama dan penguatan nilai kemanusiaan, kita dapat membangun dunia yang lebih harmonis, di mana perbedaan menjadi kekuatan, bukan kelemahan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun