Mohon tunggu...
Muhammad Isnaini
Muhammad Isnaini Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Membaca dan menulis adalah dua sisi dari satu koin: membaca memperkaya wawasan, sementara menulis mengolah dan menyampaikan wawasan tersebut. Keduanya membangun dialog tak berujung antara pikiran dan dunia.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Membangun Konsep STEM sebagai prioritas Strategis Pemerintah dalam Menjawab Tantangan Era Digital

21 Desember 2024   19:12 Diperbarui: 21 Desember 2024   19:11 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku Saku Catur STEM untuk Guru Karangan Muhammad Isnaini dkk

Di tengah derasnya arus digitalisasi, bidang STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics) menjadi fondasi utama yang menentukan arah perkembangan peradaban manusia. Namun, di balik glorifikasi STEM sebagai penggerak inovasi, terdapat pertanyaan kritis tentang sejauh mana bidang ini mampu menjawab tantangan global yang semakin kompleks. STEM telah membuktikan dirinya sebagai kunci dalam menciptakan teknologi revolusioner seperti kecerdasan buatan (AI) dan Internet of Things (IoT). Tetapi, apakah inovasi ini benar-benar memberikan manfaat universal, atau justru memperdalam kesenjangan teknologi?

Inovasi dalam AI dan pembelajaran mesin sering kali dianggap sebagai pencapaian luar biasa. Namun, banyak pihak mempertanyakan siapa yang benar-benar diuntungkan dari teknologi ini. Sebagian besar pengembangan AI berpusat pada negara-negara maju, sementara banyak negara berkembang masih kesulitan untuk mengakses teknologi dasar. Ketergantungan pada STEM tanpa strategi inklusif dapat memperburuk ketimpangan global, di mana inovasi hanya dimanfaatkan oleh segelintir pihak yang memiliki akses ke sumber daya.

Lebih jauh, transformasi industri 4.0 yang mengandalkan otomatisasi, data besar, dan sistem cyber-physical telah meredefinisi kebutuhan tenaga kerja. Tetapi, pergeseran ini juga membawa dampak sosial yang signifikan, seperti meningkatnya ancaman terhadap lapangan kerja tradisional. Sementara STEM dipromosikan sebagai solusi untuk mencetak tenaga kerja masa depan, tidak semua individu memiliki kesempatan yang sama untuk mengakses pendidikan STEM. Kesenjangan pendidikan menjadi tantangan yang harus segera diatasi agar manfaat STEM dapat dirasakan secara merata.

Era industri 5.0, yang mengedepankan kolaborasi antara manusia dan mesin, memberikan harapan baru. Konsep ini menekankan pentingnya nilai-nilai kemanusiaan dalam teknologi. Namun, penerapan industri 5.0 masih menghadapi hambatan besar, seperti kurangnya regulasi yang memastikan teknologi digunakan secara etis dan keberlanjutan. STEM, dalam hal ini, tidak hanya dituntut untuk menghasilkan inovasi teknis tetapi juga menjawab pertanyaan moral dan sosial yang muncul.

Laporan World Economic Forum (2023) menyebutkan bahwa permintaan terhadap tenaga kerja dengan keahlian STEM akan meningkat drastis dalam dekade mendatang. Meski ini menunjukkan prospek yang cerah, laporan tersebut juga menyoroti ancaman ketidakseimbangan, di mana wilayah yang kurang berkembang mungkin tertinggal jauh dalam memanfaatkan peluang ini. Tanpa strategi global yang terpadu, digitalisasi yang didorong oleh STEM berpotensi menciptakan dunia yang semakin terfragmentasi. Dalam konteks nasional, posisi pemerintahan saat ini, khususnya di bawah kepemimpinan Prabowo, melalui kementerian terkait seperti Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Pendidikan Tinggi dan Sainstek, serta Kementerian Agama, memainkan peran strategis dalam memetakan dan mengedepankan pentingnya STEM. Kebijakan yang diambil harus mencerminkan kebutuhan untuk memperkuat kurikulum berbasis STEM di semua jenjang pendidikan, meningkatkan akses terhadap fasilitas dan teknologi pendidikan, serta mendorong kolaborasi antara dunia pendidikan dan industri.

Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa pengenalan STEM dimulai sejak dini, dengan metode pembelajaran yang interaktif dan relevan dengan kebutuhan zaman. Sementara itu, Kementerian Pendidikan Tinggi dan Sainstek harus memfokuskan pada pengembangan penelitian, inovasi, dan penguatan kolaborasi lintas sektor untuk mendorong penerapan hasil-hasil STEM dalam industri. Di sisi lain, Kementerian Agama juga memiliki peran penting dalam memastikan bahwa pendidikan berbasis STEM dapat berjalan selaras dengan nilai-nilai moral dan etika, menciptakan generasi yang tidak hanya unggul secara teknis tetapi juga memiliki integritas tinggi. Dengan demikian, penting bagi pemerintahan untuk menyusun strategi holistik yang tidak hanya berorientasi pada peningkatan jumlah tenaga kerja STEM, tetapi juga memastikan bahwa pendidikan STEM memberikan dampak positif yang inklusif dan berkelanjutan. STEM harus menjadi alat untuk membangun dunia yang lebih baik, bukan sekadar mempercepat revolusi teknologi yang eksklusif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun