Mohon tunggu...
Muhammad Isnaini
Muhammad Isnaini Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Membaca dan menulis adalah dua sisi dari satu koin: membaca memperkaya wawasan, sementara menulis mengolah dan menyampaikan wawasan tersebut. Keduanya membangun dialog tak berujung antara pikiran dan dunia.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dari Data ke Empati: Membangun Generasi yang Berpikir Kritis dan Berprilaku Bijak

2 Desember 2024   09:20 Diperbarui: 2 Desember 2024   10:11 7
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Raffah Tower UIN Raden Fatah Palembang 

Era digital telah membawa kita pada kemajuan teknologi yang luar biasa, termasuk dalam bidang kecerdasan buatan (AI) dan pembelajaran mendalam (deep learning). Teknologi ini telah menghasilkan sistem yang mampu mengenali wajah, menerjemahkan bahasa, dan bahkan mendeteksi pola dalam data medis. Namun, di tengah gemerlap pencapaian ini, muncul pertanyaan fundamental: bagaimana teknologi seperti pembelajaran mendalam dapat berkontribusi dalam membangun generasi yang berpikir kritis dan bijak?

Pembelajaran mendalam memungkinkan mesin untuk "belajar" dari data dalam jumlah besar melalui jaringan saraf tiruan yang meniru otak manusia. Mesin ini sangat mahir mengenali pola, tetapi tanpa konteks dan pemahaman manusia, hasilnya bisa menjadi dingin dan tanpa emosi. Maka, di sinilah peran manusia untuk mengintegrasikan nilai-nilai kemanusiaan dalam proses ini.

Dalam dunia pendidikan, teknologi dapat digunakan untuk memahami pola belajar siswa. Dengan data tentang kemajuan akademik, preferensi belajar, dan kebutuhan khusus, guru dapat merancang pendekatan yang lebih personal dan empatik. Namun, pendekatan ini tidak boleh hanya berfokus pada hasil akademik semata; ia juga harus mempertimbangkan bagaimana membentuk siswa menjadi individu yang peduli dan bijaksana.

Teknologi juga dapat menjadi alat yang efektif untuk menanamkan nilai-nilai kebijaksanaan. Misalnya, algoritma dapat dirancang untuk mengutamakan keputusan yang etis, memberikan penghargaan untuk perilaku kerja sama atau kejujuran, dan menciptakan pengalaman simulasi berbasis empati yang memungkinkan individu "merasakan" situasi orang lain. Simulasi ini dapat membantu pengguna memahami perspektif yang berbeda, mendorong refleksi, dan membuat keputusan yang lebih bijaksana.

Namun, teknologi hanyalah alat. Meski pembelajaran mendalam memiliki potensi luar biasa, manusia tetap memegang peran sentral dalam membangun karakter. Guru, orang tua, dan pemimpin masyarakat memiliki tanggung jawab memastikan bahwa teknologi digunakan sebagai pendukung pengembangan karakter. Kolaborasi antara manusia dan mesin menjadi kunci dalam menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas secara teknis tetapi juga bijak dalam berpikir dan bertindak.

Masa depan teknologi bukan hanya tentang apa yang bisa kita ciptakan, tetapi juga bagaimana kita menggunakannya untuk membangun dunia yang lebih baik. Dengan memanfaatkan pembelajaran mendalam untuk mendukung pengembangan karakter, kita dapat memastikan bahwa kemajuan teknologi berjalan seiring dengan kemajuan moral. Dari data, kita dapat menemukan empati; dari kecerdasan, kita dapat membangun kebijaksanaan. Pembelajaran mendalam dan teknologi modern memiliki potensi besar untuk membangun generasi yang berpikir kritis dan bertindak bijak. Namun, keberhasilan ini tergantung pada kemampuan kita untuk memadukan teknologi dengan nilai-nilai empati dan kebijaksanaan. Melalui kolaborasi antara kecerdasan buatan dan kebijaksanaan manusia, kita dapat menciptakan dunia yang tidak hanya cerdas secara teknis tetapi juga kaya akan kemanusiaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun