Para santri terdahulu jihad melawan penjajah, lantas untuk santri milenial sekarang apa yang harus dilakukan?
Sebagai seorang Santri harus menjadi agen perdamaian dalam menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari berbagai gangguan terutama intoleransi, radikalisme dan terorisme. Mereka juga harus melek teknologi sehingga bisa menyebarkan pesan damai melalui media sosial.
Santri memiliki prinsip bagaimana bisa bersaing dalam kompetisi global tanpa kehilangan jati diri yang ditempa nilai tradisi. santri juga harus menguasai isu-isu dunia modern, perangkat teknologi, dan mewarnai pergaulan dunia. Meski demikian, santri harus tetap memegang teguh prinsip kejujuran, kesederhanaan, keterbukaan dan kerja keras.
Selain itu, baru-baru ini diperingati yang namanya Hari Santri Nasional (HSN), para ustad, pengasuh maupun kyai mengajak para santri menjadikan HSN sebagai momentum untuk menguatkan komitmen dalam menjaga bangsa. Santri juga perlu menagih hadirnya negara dalam peningkatan kualitas sarana prasarana pendidikan di pesantren.
HSN adalah bentuk pengakuan negara atas kiprah kaum santri dan pesantren dalam memperjuangkan kemerdekaan. Sekaligus menguatkan aspek kesejarahan pesantren yang sejak lama hadir di tengah masyarakat dalam bidang pendidikan, dakwah, sosial bahkan politik.
Di kemajuan teknologi informasi (TI) dengan hiruknya media sosial (medsos), tugas seorang santri yaitu tetap berdakwah. Namun dakwahnya tidak hanya secara konvensional seperti yang dilakukan selama ini, tapi santri harus mampu mengaktualisasikan dakwah kekinian, dakwah online, ataupun dakwah milenial dengan mentransfer wawasan Islam Moderat dan kebangsaan dalam rangka menjaga NKRI.
Santri milenial menjadi garda terdepan dalam jihad mengkampanyekan perdamaian dan melawan upaya-upaya perpecahan.
Sejauh ini, di khalangan para santri tengah tren jihad menangkal hoaks (berita bohong), baik di dunia nyata maupun dunia maya. Di dunia nyata, para santri melakukan edukasi di tengah masyarakat tentang bahaya hoaks, gerakan literasi di kalangan anak muda dan da'i muda.
Sementara itu, di dunia maya santri memproduksi dan menyebarkan konten berisi dakwah positif yang bernilai kebangsaan dan kemanusiaan.
Pada intinya, santri jaman dahulu dengan era globalisasi saat ini berbeda sekali. Jika santri terdahulu berjihad melawan penjajah, tetapi santri milenial saat ini bukan lagi jihad melawan penjajah melainkan jihad menangkal hoaks.
Benar seperti yang dikatakan Sekretaris PW ISNU (Ikatan Sarjana NU) Jawa Timur, Muhamamad Dawud, sekarang ini media sosial banyak dikuasi oleh kelompok yang ingin menggemborkan tentang khilafah, tentang tidak pentingnya NKRI, atau kelompok-kelompok islam yang gampang marah sehingga mudah melakukan tindakan kekerasan dan tindakan intoleran.