Mohon tunggu...
Rizky Maulidani
Rizky Maulidani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surabaya

Mahasiswa yang bercita-cita menjadi pahlawan bumi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mumu dan Majikannya

29 Mei 2024   13:57 Diperbarui: 29 Mei 2024   14:07 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pagi itu, Nampak seorang pria parubaya sedang menikmati kopi hangat nya sambil mendengar lagu ciptaan nya sendiri. Pak Saiful, seorang musisi ternama, mempunyai seorang asisten yang setia. Namanya Mumu. Biasanya setiap pagi Mumu menyiapkan dan membersihkan perlengkapan alat musik Pak Saiful, misalnya gitar, biola, dan piano. Ia juga menyiapkan sarapan kecil, seperti air minum, dan makanan.

Pak Saiful selalu membuat lagu di tempat yang indah sekaligus mengerikan. Tempatnya di bawah sebatang pohon besar. Di sekitarnya terdapat rumput hijau dan bunga-bunga liar berwarna merah dan kuning. Kupu-kupu dan capung berkeliaran bebas di antara bunga-bunga itu. Kira-kira 25 meter ke arah utara dari pohon itu terdapat sebuah sungai kecil yang permukaannya ditutupi oleh daun-daun teratai. Bunga-bunga teratai yang berwarna merah jambu menghiasi permukaan sungai itu. Namun, lumpur sungai itu selalu menelan benda apa saja yang terjatuh ke dalamnya, termasuk manusia.

Suatu hari Pak Saiful baru saja menyelesaikan lirik musik yang sangat indah. Lirik lagu tentang seorang anak kecil yang sedang berjuang untuk hidup setelah ditinggal oleh kedua orang tua nya dan dengan disertai alunan biola dan piano menambah suasan syahdu ketika lagu itu diperdengarkan. Siapa pun yang mendengar lagu itu pasti merasa tersentuh. Anak itu merasakan kesepian dan nasib baik pun berpihak senang kepada sang anak.

"Mumu, coba ke sini dan dengar laguku!" kata Pak Saiful bangga.

"Luar biasa, Pak, sangat indah! Pasti banyak orang yang tersentuh dan laku dengan harga mahal," ujar Mumu.

Kemudian Mumu kembali ke bawah pohon dan menyiapkan makanan dan minuman. Sementara itu Pak Saiful berjalan dipinggir sungai yang penuh rawa untuk mendengar lagu ciptaannya lagi. Oh, semakin lama mendengarkan nya, lagu itu semakin memperlihatkan lirik indah nan syahdu. Pak Saiful sambil memejamkan mata dan mendengar lagu nya kembali. Rupanya ia tak sadar bahwa ia tepat berada di tepi sungai.

Sementara itu Mumu melihat majikannya yang sudah berada di tepi sungai. Alangkah berbahayanya. Bila Pak Saiful maju selangkah lagi, pasti ia terjatuh ke dalam sungai. Mumu mendekati lukisan di bawah pohon dan mengangkat lukisan itu dari tempatnya.

Pak Saiful berlari ke dekat pohon dan berkata dengan marah, "Apa-apaan kamu ini, Mu. Berani-beraninya kamu mau merusak lukisanku, atau mau mencurinya?!"

"Maaf, Pak, maksud saya...!" jawab Mumu.

Namun Pak Saiful tidak mau mendengar penjelasan Mumu.

"Pergi kau dari sini. Aku tidak memerlukan pelayan yang kurang ajar!" seru Pak  Saiful dengan wajah merah padam.

Terpaksa Mumu pergi. Pak Saiful membereskan alat-alatnya dan membawa perlengkapannya pulang. Uuuh, rupanya berat juga.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun