Mohon tunggu...
Muhammad RioAkmal
Muhammad RioAkmal Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Allah is always with me

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Selat Malaka dan Jalur sutera: Pusat Perdagangan Proses Islamisasi di Nusantara

22 Desember 2024   06:28 Diperbarui: 22 Desember 2024   06:28 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rute Jalur Sutera (Sumber Gambar: https://idsejarah.net)

Sebelum lanjut membahas mengenai selat malaka dan jalur sutera, pernahkah kalian mendengar tentang Selat Malaka dan Jalur Sutera? Jalur kedua ini merupakan rute perdagangan yang sangat penting dalam sejarah masuknya Islam ke Nusantara. Selat Malaka yang terletak di antara Semenanjung Malaya dan Pulau Sumatera, serta Jalur Sutera yang membentang dari Tiongkok hingga Eropa, menjadi Saksi bisu perjalanan panjang penyebaran agama Islam ke wilayah kita.

Sebagai jalur perdagangan maritim yang strategis, Selat Malaka sebagai Jalur Sutera tidak hanya menjadi tempat berlalu-lalangnya kapal-kapal dagang, tetapi juga menjadi pintu gerbang utama masuknya berbagai pengaruh peradaban, termasuk Islam. Para pedagang Muslim dari Arab, Persia, dan Gujarat yang melintasi kedua jalur ini tidak hanya membawa komoditas dagang, tetapi juga nilai-nilai dan ajaran Islam yang kemudian menyebar ke berbagai wilayah Nusantara. 

Ilustrasi Pelabuhan Selat Malaka (Sumber Gambar: https://ganaislamika.com)
Ilustrasi Pelabuhan Selat Malaka (Sumber Gambar: https://ganaislamika.com)

Namun, apa yang membuat kedua jalur ini begitu istimewa dalam narasi sejarah Islam di Nusantara? Secara geografis Selat Malaka merupakan jalur pelayaran tersibuk dan terpenting dalam sejarah maritim dunia. Posisi geografisnya yang strategis menjadikannya penghubung utama antara Samudra Hindia dan Laut China Selatan. Kondisi ini menciptakan arus perdagangan yang intensif antara pedagang dari berbagai wilayah, termasuk Arab, Persia, India, dan Tiongkok yang mayoritas beragama Islam.

Kerajaan Samudra Pasai (Sumber Gambar: https://edukasi.okezone.com)
Kerajaan Samudra Pasai (Sumber Gambar: https://edukasi.okezone.com)

Selanjutnya terdapat peran Samudera Pasai sebagai pusat perdagangan, yang mana letak geografis Samudera Pasai yang terletak di timur laut Sumatera memiliki posisi strategis karena diapit oleh dua sungai besar: Peusangan dan Pasai. Wilayahnya membentang dari Sungai Jambu Aye di perbatasan Perlak di selatan hingga Semerlangga di utara, dengan lokasi di pinggir laut Lhokseumawe yang dekat dengan Selat Malaka. Posisi ini menjadikan Samudera Pasai sebagai jalur penting perdagangan internasional yang menghubungkan Laut Merah dan Cina.

Penemuan arkeologis di Samudera Pasai membuktikan bahwa kota ini merupakan pelabuhan kuno yang sangat penting dalam persimpangan perdagangan internasional. Berdasarkan sumber Cina, sejak abad ke-6 dan ke-7 telah terjalin hubungan perdagangan antara Nusantara dengan Persia, Arab, dan Cina. Pertumbuhan pelabuhan-pelabuhan besar sepanjang Selat Malaka dan Samudera Hindia telah menjadikan laut sebagai jalur terpenting untuk aktivitas ekonomi di Nusantara.

Pada saat itu terjadi terdapat dinamika politik dan perubahan jalur perdagangan, di mana terdapat perkembangan perdagangan di kawasan ini tidak lepas dari pengaruh dua kekuatan besar: Khilafah Umayyah (661-750) dan Abbasiyah (750-1258) di Barat, serta Kekaisaran Tang (618-907) dan Sung (960-1280) di Timur. Awalnya, pada masa Umayyah, perjalanan ke Cina dilakukan melalui jalur darat. Namun, konflik antara umat Islam, Cina, dan suku Tibet menyebabkan terputusnya jalur ini, yang mengakibatkan peralihan ke jalur laut melalui Kepulauan Nusantara. 

Perubahan signifikan terjadi pada tahun 1258 dengan hancurnya Khilafah Abbasiyah akibat serangan Mongol. Kejatuhan Baghdad mengubah jalur perdagangan yang semula melalui Teluk Persia dan Baghdad ke pelabuhan Syria dan Asia Kecil, menjadi rute baru melalui Aden, Jeddah, dan Laut Merah menuju Eropa via Italia. Perubahan ini membawa dampak besar terhadap kesejahteraan Khilafah Mamluk di Mesir (1250-1517) dan menjadikan Kairo sebagai pusat perdagangan produk-produk dari Timur.

Ilustrasi Peradaban islam di Samudra Pasai (Sumber Gambar: https://himpuh.or.id)
Ilustrasi Peradaban islam di Samudra Pasai (Sumber Gambar: https://himpuh.or.id)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun