Mohon tunggu...
Muhammad Irfan Adriansyah
Muhammad Irfan Adriansyah Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Saya merupakan mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Cibiru yang memiliki minat besar terhadap menulis.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Studi Etnografi Pendidikan Karakter dan Literasi Budaya pada Mahasiswa Universitas Sains Malaysia

2 Desember 2024   18:00 Diperbarui: 2 Desember 2024   18:05 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Foto Bersama Dosen dan Mahasiswa USM (Sumber: Penulis)

Universitas Sains Malaysia memiliki mahasiswa internasional terbanyak di Malaysia pada tahun 2022, dan Salah satu kampus di Asia Tenggara yang memiliki ranking top 100 dalam subjek pendidikan dan pelatihan. Selain itu, USM juga menempati peringkat ke-4 di dunia dalam peringkat sustainabilityled university yang dirilis oleh Times Higher Education (THE-GIR) tahun 2022.  Fakta lainnya mengindikasikan bahwa internasionalisasi pendidikan di USM berlangsung dengan sangat baik sehingga mengantarkan USM menempati ranking 137 dunia. Hubungan kerja sama Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dengan USM pun sudah terjalin. Pada tahun 2021, UPI mengikuti international student colloquium yang diselenggarakan di USM, Georgetown Malaysia. Bahkan pada penyelenggaraan international students colloquium ke-9 UPI menjadi tuan rumah kegiatan tahunan.

Malaysia merupakan negara di Asia Tenggara yang mengalami perkembangan drastis dalam tiga dekade terakhir karena tulang punggung perkembangan ekonomi telah berubah dari pertanian ke industri manufaktur dan sekarang hendak menuju ke ekonomi berbasis pengetahuan (knowledge-based economy). Suatu yang tidak terhindarkan adalah adanya perubahan sosial alam struktur masyarakat karena urbanisasi dan perubahan struktur ekonomi dapat membawa dampak negatif, seperti peningkatan kriminalitas, penggunaan obat terlarang dan narkotika, pergaulan bebas dan perubahan perilaku yang tidak konstruktif dalam sistem nilai masyarakat. Cara utama yang dilakukan oleh pemerintah di Malaysia dalam hal ini adalah melibatan sekolah dan perguruan tinggi dalam mencoba menangani dampak negatif perubahan sosial.

Pendidikan moral menjadi pelajaran wajib bagi semua murid sekolah di Malaysia. Strategi ini tidak lain sebagi upaya pengembangan sumber daya manusia yang selain mempunyai pengetahuan dan keterampilan juga menghargai serta mengaplikasikan nilai dan moral dalam kehidupan pribadi. Kurikulum pendidikan sekolah di Malaysia saat ini membagi pendidikan moral dalam dua bentuk yang berbeda. Pendidikan Agama Islam untuk siswa muslim dan Pendidikan Moral bagi siswa non-muslim yang merupakan 40% dari total populasi pendidikan Malaysia. Pendidikan moral ini bisa dikatakan sebagai bentuk nyata pendidikan karakter yang ingin ditanamkan pada generasi muda Malaysia, yang merupakan perkembangan yang terus berlangsung sejak sekolah formal diperkenalkan oleh Inggris Dalam hal pendidikan moral dan nilai, kementerian pengajaran menjadikan sebagai suatu bagian yang tidak terpisahkan dalam kurikulum baru pada tingkat sekolah dasar dan menengah mulai tahun 1980-an. Kemunculan undang-undang akta pendidikan yang baru tahun 1996 menjelaskan bahwa falsafah pendidikan kebangsaan mengintegrasikan hal tersebut yang bertujuan untuk membentuk manusia Malaysia yang menyeluruh dari berbagai segi, seperti termuat dalam akta, "Pendidikan di Malaysia adalah satu usaha berterusan ke arah memperkembangkan lagi potensi individu secara menyeluruh dan bersepadu untuk mengwujudkan insan yang seimbang dan harmonis dari segi jasmani, emosi, rohani, intelek dan sosial berdasarkan kepercayaan dan kepatuhan kepada Tuhan. Usaha ini adalah cara melahirkan rakyat Malaysia yang berilmu pengetahuan, berketerampilan, bertanggungjawab dan berkeupayaan mencapai kesejahteraan diri serta memberi sumbangan terhadap keharmonian dan kemakmuran masyarakat dan negara". Kemunculan falsafah pendidikan ini tidak terelakkan lagi membawa implikasi perlunya pendekatan baru dalam hal pendidikan karakter yang harus menjadikan hal ini inklusif dalam pengajaran di sekolah seusai kurikulum yang berlaku.

Pendidikan moral dan pendidikan nilai adalah sesuatu yang tidak terpisahkan dalam sistem pendidikan yang berlaku di Malaysia. Pada masa awal pendidikan formal di era kolonial, pendidikan moral diberikan dalam bentuk pengajaran alkitab, yaitu mata pelajaran yang diberikan di tingkat sekolah menengah khusus untuk murid beragama Kristen. Untuk murid yang non-Kristen setiap minggunya diberikan pelajaran etika disertai dengan ringkasan secara bebas dari kitab injil serta penekanan bagaimana menjadi seorang yang baik. Setelah Malaysia merdeka, pola yang sama diterapkan, hanya pengajaran alkitab berubah menjadi pengajaran agama Islam karena Islam adalah agama resmi Negara Malaysia, dan hal itu diberikan hanya kepada murid muslim saja. Untuk penganut agama lain yang dijamin oleh konstitusi, pelajaran agama Islam tidak boleh dipaksakan, demikian juga pengajaran etika Islam dalam pembelajaran. Jalan keluarnya adalah seperti yang dirintis oleh Inggris sebelumnya, diperkenalkan pelajaran moral atau pendidikan nilai dalam pembelajaran di kelas.

Pelajaran moral diberikan secara bertahap mulai tahun kesatu pada siswa sekolah dasar dan menengah. Tahun 1993 adalah gelombang pertama siswa Malaysia yang terdidik dengan Pendidikan Moral. Penetapan utama yang ada dalam pelajaran moral ini adalah siswa non-muslim diharuskan untuk belajar pendidikan moral yang diberikan bersamaan waktunya pada saat siswa muslim belajar Pendidikan Agama Islam, serta termasuk dalam mata pelajaran yang diujikan. Pusat Pengembangan Kurikulum di Kementerian Pengajaran Malaysia kemudian mengembangkan isi kurikulum pendidikan moral yang harus merefleksikan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat Malaysia.

Pada awalnya, pendidikan moral menekankan aspek-aspek spiritual, kemanusiaan dan sosial masyarakat majemuk Malaysia yang harus dipahami oleh siswa. Namun, wujudnya kemudian berubah menjadi penentuan nilai-nilai utama yang bisa diterima serta harus disetujui oleh berbagai kelompok penganut agama yang ada (Kristen, Katolik, Hindu, Budha, Konghucu, Tao dan lainnya) dan kelompok masyarakat tradisional lainnya yang tidak menganut agama secara formal. Suatu komite dibentuk untuk merumuskan seperti apa silabus pendidikan moral yang akan diajarkan kepada siswa nonmuslin tersebut. Akhirnya, ditetapkan enam belas buah nilai utama (nilai murni) yang disetujui, yaitu: (1) baik hati; (2) berdikari; (3) hemah tinggi (sopansantun); (4) hormatmenghormati; (5) kasih sayang; (6) keadilan; (7) kebebasan; (8) keberanian; (9) kebersihan fizikal dan mental; (10) kejujuran; (11) kerajinan; 12) kerjasama; (13) kesederhanaan; (14) kesyukuran; (15) rasional; dan (16) semangat bermasyarakat (gotong royong). "Nilai-nilai murni" tersebut diturunkan dari nilai-nilai agama, tradisi, kebiasaan masyarakat yang ada di samping juga mempertimbangankan aspek universal. Semua nilai tersebut berhubungan erat dengan kehidupan sehari-hari, hubungan antara manusia dalam keluarga, teman sejawat, masyarakat ataupun organisasi. Silabus pendidikan moral tidak menempatkan hirarki nilai-nilai murni ataupun urutannya biladiajarkan. Keenam belas nilai murni tersebut harus diajarkan kepada siswa sehingga akan terus memahami dan tertanam dalam diri mereka. Tentu saja lingkup dan kedalaman yang diberikan bergantung kepadatingkatan kelas dan kedewasaan siswa. 

Pendidikan moral dilakukan melalui interaksi dalam sekolah (secara klasikal di dalam kelas) maupun luar sekolah, yang tidak lain bermaksud memberikan situasi yang membantu pelajar untuk menerapkan nilai nilai murni dalam kehidupan sehari-hari. Selain pendidikan karakter dan moral yang diterapkan di mahasiswa Universitas Sains Malaysia adalah peningkatan literasi budaya yang sangat kental sehingga mahasiwa memahami lebih mendalam serta mencintai budaya Malaysia. Kebijakan pendidikan moral di Malaysia dimulai dari bangku sekolah dasar yang dilaksanakan secara berkelanjutan hingga sekolah menengah. Pendidikan moral di Malaysia ditekankan pada nilai-nilai yang ada dalam agama, tradisi, kebiasaan masyarakat yang ada di samping juga mempertimbangankan aspek universal yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Malaysia. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun