Mohon tunggu...
muhammad bagasalfaridzi
muhammad bagasalfaridzi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Institut Teknologi Bandung

mahasiswa magister teknik elektro di institut teknologi bandung

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Emisi Karbon 0% di Jawa Timur, Antara Asa dan Realita

13 Mei 2023   12:00 Diperbarui: 13 Mei 2023   12:02 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Global Warning menjadi sebuah konstrain bersama para elit global. Dalam Paris Agreement terjalin sebuah kesepakatan internasional yang menunjukkan komitmen setiap negara di dunia untuk memperlambat kenaikan suhu global. Bersama kesepakatan tersebut, Indonesia melalui Perpres Nomor 98 tahun 2021 menuturkan penurunan Gas Rumah Kaca (GRK) diharapkan dapat dikurangi 29% hingga 41% dari baseline emisi GRK, dengan menetapkan langkah Net Zero Emission pada tahun 2060.

Salah satu daerah di Indonesia yang memiliki kebutuhan sumber energi listrik terbesar di Indonesia adalah Jawa Timur. Nyatanya pertahun 2020 dominasi pembangkit listrik fossil saja mencapai 90% dari total pembangkitan atau sekitar 12.700 MegaWatt (MW). Total emisi yang dihasilkan pada tahun 2020 dari sektor pembangkitan mencapai 11,8 juta ton karbondioksida (CO2). Dalam praktiknya pembangkit listrik berbahan dasar fossil, gas maupun batubara memang memiliki invetasi biaya yang lebih kecil dari segi operasi dan pembangunan. Namun disisi lain pembangkit konvensional ini menghasilkan emisi sekitar 75% menjadikan penyumbang salah satu pemanasan global terbesar. 

Faktor yang dapat mendukung indonesia untuk mencapai Net Zero Emission salah satunya adalah Early Retirement dari pembangkit PLTU, PLTD, PLTG, dan lainnya. Namun beberapa faktor lain seperti ketersediaan sumber listrik, serta biaya kompensasi Early Retirement perlu dipertimbangkan. 

Produksi energi listrik di wilayah Jawa Timur mencapai 41.629,7 GWh, dengan beban puncak mencapai 5.617 MW dan memiliki reserve margin sebesar 58% yang memungkinkan terjadinya ekspor energi ke wilayah lain. Karbon yang dihasilkan pada tahun 2020 dengan intensitas emisi 0,892 tCO2/MWh adalah sebesar 11,830 juta ton CO2. 

Dalam proyeksi peningkatan energi, biaya pembangkitan yang dibutuhkan pada tahun 2030 mencapai 146.909 juta USD. Disamping biaya juga akan ada peningkatan emisi menjadi 16,7 juta ton CO2, hal ini disebabkan oleh penambahan kapasitas pembangkit konvensional di Jawa Timur. Peningkatan kebutuhan energi listrik yang terjadi setiap tahun kemudian menghadirkan tantangan, terutama dengan Early Retirement. Hingga tahun 2030 terjadi penambahan beberapa pembangkit listrik di wilayah Jawa Timur yang didominasi oleh pembangkit-pembangkit yang bersumber dari energi terbarukan dengan total daya mencapai 2.307,8MW. Potensi ini akan menggantikan pembangkit konvensional untuk dipensiunkan sesuai kapasitas pembangkit energi terbarukan. 

Early Retirement menjadi cara agar pembangkit energi listrik tidak lagi menghasilkan emisi karbon. Namun untuk wilayah Jawa Timur ini Early Retirement tidak memungkinkan dilakukan pada tahun 2030, mengingat ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan. Jika seluruh pembangkit konvensional dipensiunkan dan digantikan oleh energi terbarukan, akan berdampak kepada defisit daya sebesar 8.000 sampai 10.000 MW, walaupun biaya produksi turun menjadi 13.704 juta USD dan tidak menghasilkan emisi sama sekali. Dari segi teknis pembangkit Jawa Timur belum mampu menjalankan Early Retirement karena penetrasi pembangkit-pembangkit terbarukan di wilayah ini masih sangat kurang jika dibandingkan dengan besarnya kebutuhan listrik di Jawa Timur. 

Satu solusi yang dapat mengurangi emisi menjadi 15,3 juta ton CO2 dengan peningkatan energi listrik sesuai target yang direncanakan ditahun 2030 adalah dengan mematikan 3930MW PLTU dan menggantinya dengan energi terbarukan. Solusi ini juga dapat memotong biaya pembangkitan menjadi 134.814 juta USD. 

Upaya ini dapat terus berlangsung hingga tahun 2060, Jawa Timur masih mempunyai asa untuk terus mengurangi emisi karbon yang dihasilkan oleh pembangkit. Mengingat potensi-potensi angin di Banyuwangi, energi Surya diatas danau-danau bisa terus dimaksimalkan pengaplikasiannya secara bertahap. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun