Mohon tunggu...
Syukron Albusta
Syukron Albusta Mohon Tunggu... Wiraswasta - www.dokterspiritual.blogspot.com

Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian. _Pramoedya Ananta Toer_

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bukan Hanya Kewajiban

3 Juli 2020   23:26 Diperbarui: 3 Juli 2020   23:37 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kali ini pembahasan kita tidak jauh-jauh, yaitu mengenai kewajiban dalam kehidupan. Dalam menyikapi beberapa kewajiban seharusnya memang menjadi tanggung jawab yang hatus dikerjakan. Tidak bisa juga diwakilkan. Hakikatnya manusia tidak bisa lari sebuah kewajiban. Sehingga dalam kondisi apapun kewajiban tetap dilaksanakan. 

Dalam hal ini sengaja kita ambil contoh seperti "sholat Jum'at" yang dikerjakan sekali dalam seminggu. Sholat dikerjakan dengan khidmat, ada khatib, ada bilal dan juga mesti berjamaah. Seorang khatib sengaja memilih judul khatib (pidato)nya sesuai dengan permasalahan masyarakat saat ini. Semua mendengar apa yang disampaikan oleh khatib. 

Sebagai makmum yang baik tentu mendengarkan khatib dan melaksanakan sholat bukan hanya sekedar melepas kewajiban. Hal ini juga yang diakatakan dalam sebuah ayat Alquran bahwa sholat dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar. jauh sekali dari sekedar melepas kewajiban. walaupun Kewajiban sholat sudah lepas. 

Apalagi melaksanakan sholat jumat hanya karena semua laki-laki mengerjakannya. fitnah timbul dari sebuah pernyataan bahwa yang tidak sholat hanya perempuan. atau hanya karena perintah ini dikerjakan berjamaah bersama, dan barangkali tidak dikerjakan kalau itu tidak bersama-sama. Mungkin saja ini erat hubungannya dengan keimanan, atau juga dengan sebuah pemahaman kita terhadap sebuah kewajiban dalam sholat jumat. 

Terus bagaimana dengan kewajiban-kewajiban yang lain. Apakah juga hanya sekedar melepas kewajiban. Jika dikantor hanya cukup menampakkan muka dan mengerjakan tugas asal bapak senang. Kemudian mengerjakan kewajiban dirumah tangga hanya asal jadi. Kesenangan suami atau isteri dikesampingkan. 

Lalu bagaimana dengan kewajiban rakyat terhadap pemimpin. Jika pemimpin sudah berusaha memikirkan rakyat semampunya, apa kewajiban kita terhadap pemimpin? Pertanyaan ini memang sengaja tidak dijawab. Sebab kita memiliki jawabannya masing-masing.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun