Pandemic Corona yang disebabkan oleh virus covid 19 terjadi di awal tahun 2020. Pandemic Corona ini telah meluluhlantakkan semua persendian kehidupan dunia. Perdagangan, transportasi, hiburan, pariwisata, olahraga bahkan pendidikanpun tidak luput dari corona. Rakyat dilarang untuk melakukan aktifitas yang bersifat berkerumun, kalaupun melakukannya maka harus menerapkan Social distancing.
Bahkan tindakan "ekstrim" pun dilakukan dibeberapa tempat. Menutup paksa pasar, bioskop, warung dan tempat keramaian lainnya. Masuk suatu daerah harus "disemprot" dulu dengan desinfektan, Idul fitri "dilarang" mudik, silaturahmi "pending". Sekolah harus menerapkan pembelajaran Daring dan tidak diperbolehkan adanya kegiatan luring atau tatap muka langsung. Rakyat semakin "menangis" yang sampai lupa "nada"nya untuk menangis (menirukan tema stiker yang beredar di whatsapp).Â
Subsidi dari pemerintahpun diluncurkan, sangatlah membantu. Akan tetapi perlu diingat bahwa tidak semua warga terdampak mendapatkannya. Banyak media massa yang memberitakan "carut marutnya" pencairan dana subsidi masyarakat. Dari pencairan yang salah "alamat" artinya orang yang kategori mampu mendapatkan subsidi, tetapi orang miskin tidak mendapatkannya. Hal ini diperparah lagi adanya "penyunatan dana" dari oknum yang terjadi di beberapa tempat.
Kebingungan rakyat semakin menjadi, ketika turun "aturan sepihak" yang membolehkan mall buka, bioskop buka, hiburan, pariwisata buka, dan transportasi jalan. Akan tetapi pendidikan dan dunia usaha perdagangan "orang kecil", "harus tetap tutup". Ada apakah dengan aturan ini?. Kenapa mall, bioskop, hiburan, pariwisata, dan transportasi boleh jalan. Akan tetapi pendidikan dan dunia usaha perdagangan "orang kecil", "harus tetap tutup".
Rakyat kecilpun semakin bingung bro!. Kalau alasannya supaya tidak terjadi penyebaran covid 19, kok tidak masuk akal!. Rakyat kecil dengan serendah-rendahnya pendidikan yang mereka tempuhpun paham tapi bingung. Apa ya alasan "yang punya wewenang" mengeluarkan aturan itu. Rakyat bingung semakin bingung bro.Â
Adanya seruan di rumah saja membuat masyarakat "sekarat ekonomi". Banyak warga yang enggan keluar, yang berakit merosotnya pendapatan para pedagang. Ekonomi masyarakat "merosot" yang diperparah lagi anak harus membeli pulsa data untuk dapat mengikuti pembelajaran daring. Pendapatan turun drastis, tetapi pengeluaran semakin "melangit" mencekik.
Subsidi dari pemerintahpun diluncurkan, sangatlah membantu. Akan tetapi perlu diingat bahwa tidak semua warga terdampak mendapatkannya. Banyak media massa yang memberitakan "carut marutnya" pencairan dana subsidi masyarakat. Dari pencairan yang salah "alamat" artinya orang yang kategori mampu mendapatkan subsidi, tetapi orang miskin tidak mendapatkannya. Hal ini diperparah lagi adanya "penyunatan dana" dari oknum yang terjadi di beberapa tempat.
Lockdown, di rumah saja, sekolah harus daring, dan social distancing menjadi santapan masyarakat setiap hari. Rakyat kecil menjadi bingung, karena kalau semua lockdown, bagaimana dengan dagangan mereka; kalau semua di rumah saja, lalu siapa yang membeli dagangannya; kalau semua sekolah harus daring, darimana uang untuk membeli pulsa data "yang selangit", dan kalau semua social distancing, terus bagaimana bisa terjual dengan "laris manis" dagangan mereka. Rakyat bingung bro.
Kebingungan rakyat semakin menjadi, ketika turun "aturan sepihak" yang membolehkan mall buka, bioskop buka, hiburan, pariwisata buka, dan transportasi jalan. Akan tetapi pendidikan dan dunia usaha perdagangan "orang kecil", "harus tetap tutup". Ada apakah dengan aturan ini?. Kenapa mall, bioskop, hiburan, pariwisata, dan transportasi boleh jalan. Akan tetapi pendidikan dan dunia usaha perdagangan "orang kecil", "harus tetap tutup". Rakyat kecilpun semakin bingung bro!. Kalau alasannya supaya tidak terjadi penyebaran covid 19, kok tidak masuk akal!. Rakyat kecil dengan serendah-rendahnya pendidikan yang mereka tempuhpun paham tapi bingung. Apa ya alasan "yang punya wewenang" mengeluarkan aturan itu. Rakyat bingung semakin bingung bro.Â