Di bawah langit yang telah berulang kali mengibarkan bendera, Â
Ada bisikan yang terpendam di sudut-sudut sepi, Â
Di antara riuhnya sorak sorai yang memuja merdeka, Â
Ada suara-suara halus yang menggugat makna, Â
Bertanya pada angin yang melintas di atas atap reyot, Â
Apakah merdeka adalah milik semua, atau hanya sekadar gema?
Masyarakat kecil, terhimpit di antara batu-batu kenyataan, Â
Mereka memandang jauh ke atas, Â
Mencari bintang di tengah kabut janji, Â
Namun yang mereka temukan hanyalah bayang-bayang harapan, Â
Yang selalu melayang di atas, tak pernah benar-benar menyentuh tanah.
Apakah merdeka adalah rumah yang tak pernah bocor, Â
Atau makanan yang cukup tanpa perlu berhutang? Â
Ataukah merdeka hanyalah kata yang diukir di batu prasasti, Â
Sementara perut mereka tetap lapar, Â
Dan tangan mereka terus mengais mimpi yang hampa? Â
Di jalanan yang berdebu, Â
Anak-anak bermain dengan senyum yang tak pernah hilang, Â
Namun dalam senyum itu, ada pertanyaan yang menggantung, Â
Apakah merdeka adalah tentang kebebasan, Â
Atau tentang kesejahteraan yang tak pernah datang? Â
Bendera berkibar di ujung tiang yang tinggi, Â
Namun di bawahnya, Â
Masih ada yang merunduk, terbebani oleh hidup yang tak kunjung ringan, Â
Mereka bertanya-tanya dalam hati yang penuh keraguan, Â
Apakah kemerdekaan adalah milik segelintir, Â
Ataukah sebuah mimpi yang masih perlu diperjuangkan? Â
Di balik pekikan merdeka yang menggema di udara, Â
Ada suara-suara kecil yang tak terdengar, Â
Mempertanyakan kemerdekaan yang seharusnya nyata, Â
Bukan sekadar bayangan yang memudar di bawah sinar matahari, Â
Mereka menanti jawabannya, Â
Dalam hening yang penuh harap, Â
Bahwa suatu hari, merdeka akan benar-benar mereka rasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H