Kayu tersebut di lemparkan dan masuk ke dalam area jungkitan, akhirnya kelompok duapun menang. Ye,ye,ye. Setelah itu kedua kelompokpun mengakhirinya serta kelompok satu memberikan sebuah ucapan selamat dan akan menantangnya lagi di lain waktu. Dilanjut untuk giliran kelompok selanjutnya untuk bermain hingga akhir jam pelajaran tak terasa sudah selesai, dan semuanya berbondong-bondong kembali ke kelas untuk melanjutkan pelajaran yang lainnya.
Permainan ini sungguh menyenangkan dan menumbuhkan pikiran anak untuk peduli antar sesama, karena dalam permainannya membutuhkan kerja team agar bisa menang dan juga menurunkan sifat anak pada rasa individualisme, serta membuat anak menjadi aktif dalam fisik maupun psikisnya.Â
Adapun masalah off task behavior dan timbul suatu keirian atau dengki antar sesama yang bisa menimbulkan pertengkaran itu bisa teratasi semua karena permainan patel lele ini melatih kekuatan, kecepatan, kekompakan, ketelitian, ketepatan, koordinasi. Dengan begitu rasa yang di alami oleh anak seperti kurang semangat dalam menangkap pelajaran, melamun dan ketersinggungan sesamapun akan hilang.
Adapun manfaat permainan tradisional ialah untuk membentuk sebuah kepedulian sosial dari kita berbincang antar team, pemberian semangat atau dukungan terhadap dua kelompok, dan membuat anak kaya akan suatu unsur imajinasinya. Serta anak bisa menghayati sebuah nilai-nilai moral yang tergantung dari warisan leluhur dulu.[2]
Menuru piaget, pada tahapan ini atau pra operasional, anak lebih mempunyai pemikiran egosentris dan intuitif, dimana dalam pengguanaan bahasa dan kemunculan sikap bermain.Â
Pemahan tersebut untuk di mengerti bahwa anak pada tahap pra operasional membutuhkan suatu pembelajaran dengan cara begitu-begitu saja atau bisa disebut dengan monoton, anak-anak bisa merasa bosan dan bisa mengakibatkan anak-anak menjadi malas atau tidak mendukung suatu pembelajaran bila pembelajaran itu dilakukan secara monoton.[3]
Makanya dalam hal itu seorang pendidik harus bisa membuahkan ide-ide cemerlang  dalam pengajaran dan saat pendidik memecahkan sebuah permasalahan pada anak didik maupun pada wali muridnya.
Dari sisi budaya, permainan tradisional ini identik dari ciri khas negara kita serta salah satu kekayaan kita yang harus dikembangkan, dilestarikan dan di pertahankan keasliannya, karena peemainan ini sudah diwariskan oleh nenek moyang kita serta peemainan tradisinal juga sebagai kearifan lokal kita.Â
Namun banyak orang-orang kita yang sudah melupakan sebuah permainan semacam ini, seharusnya peemainan tersebut harus dilestarikan atau di kembangkan agar yang mengetahui permainan semacam ini bukan negara kita saja namun juga bisa dikenalkan ke negara lain.[4]
(Tugas di Kompasiana) (Tugas Mata Kuliah Bimbingan Konseling).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H