Dulu saat semasa saya masih mondok. Saya punya sahabat karib. Dia dikenal sebagai individu yang sangat ta'at peraturan, sering mengikuti lomba baca kitab dan hafalan qur'an, rajin belajar, dan berbagai citra baik yang disematkan padanya.
Bagi mereka yang belum mengenal dekat dengan dia. Mereka akan menilai sahabat saya sebagai seorang yang hampir sempurna. Pintar, rajin, disiplin, ta'at. Hingga banyak yang mengidolakan dia dan menjadikan dia sebagai panutan untuk dicontoh.
Hingga suatu ketika, ada satu peristiwa yang membuat orang-orang kecewa dengan dia. Mereka merasa dikhianati oleh sahabat saya ini. Hingga menyebut sahabat saya ini sebagai pribadi yang munafik.
Suatu saat, dia ketahuan bermain PlayStation. Karena bermain Ps pada saat itu merupakan pelanggaran berat, akhirnya citra baik yang dia miliki luntur seketika. Selain itu, pada saat diinterogasi oleh pihak keamanan dia mengaku bermain Ps seminggu sekali. Belum lagi kasus-kasus berat lain seperti pacaran, keluar malam tidak izin, semakin melunturkan citra baiknya.
Erving Goffman Dan Dramaturgy
Menarik kita membaca kembali prespektif yang ditawarkan sosiolog asal Kanada, “Erving Goffman”. Goffman lahir pada tahun 1922. Ia dikenal dengan Dramaturgy nya yang menyamakan kehidupan ini layaknya drama teater yang ditonton banyak orang. Sebelum ia melahirkan teori ini, Goffman terlebih dahulu berkecimpung di dunia industri perfilman.
Dalam teorinya, goffman memberikan pandangan yang cukup unik. Bahwa manusia mempunyai 2 panggung yang berbeda dalam menjalani kehidupan. Frontstage dan backstage.
Panggung yang pertama adalah kehidupan dimana manusia akan merepresentasikan dan membentuk dirinya sebaik mungkin di tengah lingkungan agar dapat diterima oleh masyarakat.
Selayaknya artis yang tampil di layar kaca. Seseorang akan membentuk self image dan citra dirinya sebaik mungkin agar audien atau masyarakat puas dengan performa yang ia tampilkan. Dan ini sisi yang umum digunakan semua orang ketika berinteraksi dengan individu lain secara komunal.
Disisi ini, orang juga akan sangat terpengaruh dengan stigma dan penilaian seseorang. Aktivitas yang ia lakukan sering kali berorientasi pada tujuan untuk memuaskan ekspektasi yang diberikan khalayak umum kepadanya.
Sisi kedua adalah backstage. Sisi dimana individu akan menampilkan sisi natural nya tanpa terpengaruh oleh stigma dan penilaian masyarakat. Sisi yang tidak ditampilkan pada khalayak umum. Sisi yang hanya dapat dilihat oleh orang-orang terdekatnya saja.