Peminat sopi yang semakin sepi. Di Seram Barat, Bapak Sayas bercerita bahwa permintaan Minuman keras semacam Sopi yang biasa didistribusikan ke Ambon dan Haruku mengalami penurunan sejak 2018 kemarin.
Dulu, dia bisa menjual berpuluh-puluh cergen sopi ke Ambon dan Haruku, bahkan permintaan menjelang natal dan tahun baru adalah paling banyak. Sekarang, rasanya sudah mulai susah mendistribusikan sopi utamanya ke Ambon. Permintaan ke Ambon masih dia lakukan namun tidak lagi sebanyak dulu.Â
Bapak Sayas menuturkan bahwa minuman sopi harus bersaing dengan minuman khamar nasional, semacam Bir bintang dan Angker yang harganya lebih terjangkau dan bisa dibeli di pusat perbelanjaan. Minat sopi kemudian mendapat efek, orang mulai sepi membeli sopi.
Sebenarnya, selain alasan persaingan antara minum keras tradisional dengan minuman yang memiliki lebel National itu. Alasan permintaan terhadap sopi mengalami penurunan dikarenakan, swiping minuman keras tradisional yang dilarang penjualannya, oleh aparat kepolisian.
Itu sebabnya, pasokan terhadap minuman keras ini mengalami penurunan drastis dikarenakan operasi minuman keras beralkohol dilarang pengedarannya. Alhasil, pasokan minuman keras yang beredar di masyarakat merupakan selundupan yang tak tercium pihak yang terkait.
Bapak Sayas menuturkan bahwa sebagai petani sopi, dia bisa membiayai sekolah dan kuliah anaknya yang pertama dan kedua dari hasil penjualan sopi. Namun sekarang saat permintaan sopi yang semakin sepi, untuk membiayai sekolah anak ketiganya ke perguruan tinggi rasanya mulai sulit.
Selain Sopi, bapak Sayas juga mulai memikirkan tanaman lain untuk dijadikan sumber pendapatan "mungkin kopra yang sekarang mulai ada hasil sedikit, selain coklat di kebun" ujarnya sembari mengganti tempayan dari penyulingan sopi.Â
Muhammad Ali, Seram Barat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H