Dalam penelitian yang dilakukan Alexandra G. Rosati, menunjukkan bahwa terdapat pola ikatan pertemanan yang mengubah cara pandang monyet dan dengan siapa dia berteman, utamanya saat mereka mulai memasuki usia tua. Hal ini dilaporkan Alexandra dalam laporannya di jurnal Science.
Selama hampir 20 tahun pengamatan Alexandra dan timnya bahwa gejala "semakin tua simpanse, semakin sedikit pertemanannya terbukti". Penelitian, Alexandra melibatkan 21 simpanse jantan berusia 15 hingga 58 tahun. Simpanse-simpanse dalam proyek penelitian ini merupakan simpanse yang diambil di Kibale, Uganda.
Hal yang berbeda ditunjukan oleh simpanse yang masih muda di mana, begitu agresif dan berkawan dengan siapa saja. Hal berbeda ditunjukan simpanse tua yang hanya memiliki beberapa teman. Ikatan atau jaringan pertemanan simpanse ini bukan hanya berdasarkan berdasarkan faktor umur, namun lebih pada kenyamanan dia saat berinteraksi. Artinya bahwa, simpanse tua lebih memilih untuk hidup lebih positif dengan melakukan seleksi pertemanan. Sedangkan saat simpanse masih berusia cukup muda, jaringan pertemanan nyatanya terbuka lebar, simpanse muda bisa berkawan dengan siapa saja yang dia mau. Dan sebaliknya, jaringan pertemanan akan menyusut dengan semakin sedikit jumlah teman seiring waktu. Dan kualitas hidup yang lebih positif.
Apayang dilakukan simpanse Kabale, Uganda nampaknya adalah satu fase untuk menunjukkan bahwa pada primata sekalipun, saat mencapai kedewasaan berpikir akan memilih untuk hidup positif dan berkawan sedikit di usia tua adalah keniscayaan. Bila di usia muda primata semacam Simpanse akan berkawan dengan siapa saja, pada tahapan tersebut Simpanse sedang memperbanyak jumlah jaringan pertemanan yang dianggapnya menguntungkan dan menyenangkan. Namun pada tahapan berikutnya, saat simpanse memasuki usia tua, pertimbangan jumlah pertemanan bukan lagi jadi patokan pertemanan, namun lebih pada kualitas pertemanan. Jadi ada perbedaan yang sangat berbeda, yang muda melihat jumlah sedangkan yang tua melihat kualitas.
Sisi kedewasaan Simpanse untuk memilih berkawan meski tak banyak namun mendalam dan berkualitas, selaras dengan kenyamanannya, adalah pilihan-pilihan paling logis yang dipilih primata.
Setidaknya apa yang dilakukan Alexandra dan timnya di Uganda, telah memberikan kita satu gambaran kecil bagaimana jaringan pertemanan pada primata terjalin. Sekarang pertanyaannya paling sederhana, bagaimana dengan kamu? -
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H