Banyak dari kita yang sedang berjuang menghadapi kesepian, tapi memilih untuk memendamnya atau bahkan menyangkalnya pada diri sendiri. Kita sering kali menganggap kesepian sebagai suatu ketidakmampuan sosial, jadi kita merasa malu mengakuinya.
Terlebih, sebagai masyarakat, kita juga cenderung bersikap "jalani saja", yang akhirnya menghalangi orang untuk membicarakan apa yang mereka rasakan. Kita yakin perasaan kita bukanlah hal penting. Kita takut cerita kita menghamburkan waktu orang lain.
Saya pernah terkurung dalam asumsi tersebut, dan terkadang masih.
Ketika orang bertanya mengenai apa yang saya tulis, dan saya katakan bahwa saya menulis tentang kesepian, saya tak bisa menahan beban dari kata itu. Tak ada kebanggaan. Tak ada kepercayaan diri. Sebaliknya, saya jadi agak suram dan menggeliat.
Minat saya pada isu kesepian, beserta semua kalimat yang saya tulis tentangnya, membuat orang-orang beranggapan bahwa saya sedang (atau telah) mengalami kesepian yang begitu kronis. Jika saya bisa mengatakannya, berarti saya pernah merasakannya.
Dan itu benar, setidaknya menurut persepsi saya sendiri.
Tapi, stigma kesepian masih sering menghantui saya. Maksudnya, meskipun jelas bahwa pengalaman pribadi telah membantu saya untuk melukiskan kesepian dengan lebih gamblang, terkadang saya merasa risih jika orang mengetahui saya kesepian.
Sungguh ironis. Setelah mengkaji, menjajal, dan mengalami kesepian selama setidaknya dua tahun terakhir, saya seharusnya sadar dan tahu bahwa stigma tersebut hanyalah mitos. Tak ada yang perlu dipermalukan. Kesepian adalah emosi keseharian manusia.
Dari mana stigma kesepian berasal? Mengapa stigma membuat kita menjadi lebih kesepian dari yang seharusnya? Apa yang bisa kita lakukan, kalau memang ada, untuk mengatasinya? Bisakah kita, pada akhirnya, memecah kesunyian ini?
Lingkaran setan kesepian
Kesepian masih menjadi topik yang tabu. Inilah mengapa kesepian adalah sebuah kata yang berat, sulit, dan memicu rasa malu. Reaksi pertama orang yang kesepian biasanya bukanlah pergi berinteraksi, tapi menyalahkan diri sendiri.