Atau jika Anda mencapai popularitas lewat bernyanyi, maka sudi tidak sudi, Anda harus bersaing dengan penyanyi lainnya untuk mempertahankan reputasi Anda.
Di mana pun Anda mencapai ketenaran, Anda turut terjun ke dalam persaingan yang acapkali begitu kotor. Barang siapa yang mampu memuaskan rasa lapar hiu-hiu ganas itu, maka seluruh pertunjukan adalah miliknya.
Persoalan ini mengingatkan saya pada burung manakin merah yang punya bulu elok. Para burung jantan akan menampilkan atraksi unik berupa tarian "Moonwalk" untuk menarik perhatian burung betina.
Barang siapa yang tariannya paling indah, maka dialah yang akan dipilih oleh sang betina. Ya, sedikit banyak, persaingan dunia ketenaran mirip-mirip seperti kasus burung manakin merah.
Krisis kepercayaan
Mereka yang punya ketenaran akan lebih sulit untuk mempercayai orang-orang di sekitarnya. Sungguh! Dalam kacamata mereka, semua orang adalah perampok yang berpura-pura bertingkah baik supaya dapat merebut kekayaannya, atau memanfaatkan ketenarannya.
Jadi, kita dilarang untuk menjadi terkenal?
Tidak, tidak sama sekali. Apa yang saya maksudkan di sini adalah, ada beberapa risiko yang mesti dihadapi oleh Anda jika ingin menjadi terkenal. Siap tidak siap, risiko itu akan selalu menggerogoti Anda tanpa memedulikan dari mana Anda memulainya.
Tapi tulisan ini datang bukannya tanpa membawa cahaya.
Di sini saya menyarankan Anda agar tidak mengejar ketenaran dalam bentuk apa pun. Bukannya tanpa alasan, mengejar ketenaran dengan terlalu keras akan melahirkan segunung harapan yang justru membuat Anda mudah sumpek.
Ketenaran tidak hadir untuk menjawab segala harapan Anda. Karenanya tidak ada kebahagiaan sejati di sana!
Saya berpendapat untuk menjadikan popularitas sebagai efek samping. Dalam konteks ini, kita tidak mengejar ketenaran, melainkan ketenaran itu sendirilah yang mengejar kita. Ia terjadi secara niscaya tanpa ada kehendak sedikit pun dari kita.
Dengan demikianlah, kita tetap punya kuasa sepenuhnya untuk menjadi diri sendiri; tidak terikat oleh apa pun yang berada di luar kita. Seandainya mereka kecewa dengan apa adanya diri kita, jelas tidak apa-apa karena tujuan awal kita memang bukan ketenaran.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!