"Tapi saya tidak akan bisa tidur tanpa bantal semacam itu."
Omong kosong! Anda hanya belum terbiasa dengan itu. Segala harapan yang melebihi hakikat dari bantal merupakan skenario yang dirajut oleh pikiran Anda sendiri dan didramatisasi. Anda mampu melawan keinginan itu, sebab Anda adalah tuannya.
Dalam hal rumah, kita mengerti bahwa hakikat dari rumah adalah tempat bernaung dari dinginnya malam, basahnya hujan dan panasnya siang. Selama rumah kita memenuhi kriteria itu, sebenarnya terbilang cukup layak untuk disebut rumah, tidak peduli seberapa kecilnya rumah tersebut.
Hidup sederhana bukan berarti memiliki rumah kecil dan berpotensi cepat runtuh. Hidup sederhana berarti memiliki rumah yang tidak melebihi hakikatnya sebagai rumah. Jika ukurannya amatlah besar, itu juga tidak apa-apa selama kita punya alasan bagus untuk itu.
Tetapi dapat dikatakan berlebihan jika kita membangun rumah seperti istana yang sebenarnya hanya untuk dipamerkan ke semua tetangga.
Dengan ini kita tahu bahwa gaya hidup sederhana berarti menginginkan sesuatu tidak melebihi kebutuhan. Hal ini hanya akan terjadi apabila terjadi koneksi antara dua hakikat, yaitu hakikat subjek dan hakikat objek.
Nah, itu cukup membingungkan, jadi simaklah contoh berikut.
Saya sebagai subjek merasakan perut keroncongan tak tertahankan. Pada hakikatnya, saya merasa lapar. Solusi dari lapar adalah kenyang. Untuk bisa menjadi kenyang, saya mesti menyantap makanan. Maka sekarang, makanan akan berperan sebagai objek.
Hakikat dari makanan (objek) adalah mengenyangkan rasa lapar dan menyehatkan tubuh. Dengan begitu, saya akan membeli makanan yang memenuhi hakikat itu, sekalipun harganya murah dan tidak berkelas.
Ketika hakikat dari perut keroncongan bertemu dengan hakikat dari makanan, itulah yang sebenarnya menjadi inti dari gaya hidup sederhana. Dua hakikat tersebut saling terkoneksi dan saling melengkapi.
Jika salah satunya tidak bisa terhubung, maka demikianlah yang disebut hidup berlebihan atau kekurangan.