Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Live to the point of tears.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Mode Pesawat: Sebuah Seni untuk Tidak Melakukan Apa-Apa

1 Mei 2021   06:00 Diperbarui: 1 Mei 2021   13:32 1189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tidak melakukan apa-apa adalah momen ketika Anda sadar dan memilih untuk hanya berdiam diri di sana | Ilustrasi oleh Jerzy Gorecki via Pixabay

Meskipun bising angin menusuk telinga, saya tetap fokus untuk mendengarkan suara napas. Kemudian saya merasa "lepas", tenggelam dalam sebuah lamunan yang dalam, tidak melakukan apa-apa, bahkan tidak terganggu oleh panasnya udara.

Saya tidak tahu seberapa lama momen itu terjadi. Saya hanya berbicara dengan diri sendiri, berpikir dengan diri sendiri. Setelah dirasa cukup lega, saya kembali menuju ruangan rapat.

Semua orang menatap saya dengan mata memicing. Saya menjadi pusat perhatian; saya sadar akan hal itu. Tapi saya hanya pergi duduk dan kembali mengacungkan tangan untuk berbicara.

"Ketua, kita terlalu bergantung pada dua opsi sehingga kita melewatkan opsi ketiga. Bagaimana kalau ..."

Dan 90% anggota setuju dengan sistem yang saya ajukan. Mereka kira saya mengajukan sistem baru, padahal saya hanya menggabungkan kelebihan dari dua sistem sebelumnya. Saya hanya ingin kedua kubu menjadi pemenang, atau tidak sama sekali.

Oh 10% lagi masih belum mengerti dengan sistem yang saya tawarkan. Tapi mereka semua bertanya-tanya, "Petir macam apa yang menyambar Anda ketika di luar?"

Tidak melakukan apa-apa bukanlah aib

Budaya kita percaya bahwa kesibukan adalah ciri dari orang sukses. Akibatnya, kita bekerja terlalu banyak.

Beralih dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain dan menyelesaikan seluruh daftar tugas yang panjang menjadi cara untuk mengomunikasikan status: saya sangat sibuk karena saya punya kedudukan penting.

Ironi dari semua kerja yang berlebihan adalah bahwa hal tersebut sebenarnya membuat kita kurang produktif dan kurang bahagia.

Studi yang tak terhitung jumlahnya menunjukkan betapa buruknya kinerja kita ketika dibebani terlalu banyak pekerjaan. Hal tersebut berdampak pada masalah mental dan fisik kita.

Sebagai perpanjangan budaya, saya memberitahu semua orang bahwa saya sangat sibuk sehingga mereka akan menghargai saya sebagai orang yang tidak menganggur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun