Kami adalah generasi yang egois. Kami adalah generasi yang brutal. Sedikit sekali kesadaran dari kami bahwa generasi-generasi sesudah kami juga akan memerlukan sebagian dari energi ini.
Satu kata lagi yang jarang kami gunakan, yaitu kata berhemat. Tapi, kata dan ungkapan seperti "ramah lingkungan", "netral karbon" dan bla, bla, bla, terus digunakan di koran-koran, portal berita online, dan dokumen-dokumen publik.
Kami telah menciptakan sebuah bahasa, lebih tepatnya sebuah basa-basi, yang semakin tidak berhubungan dengan realitas fisik.
Kami seperti telah terjebak dalam sebuah labirin. Kami masuk karena rayuan remeh dari minyak, batu bara, dan gas yang mengatakan, "Hei, aku bisa membuat kalian menjelajah ke seluruh penjuru Bumi dengan cepat."
Dan kemudian kami tergoda, masuk ke dalam labirin. Kami tak tahu arah jalan keluar. Mungkin sudah terlambat untuk pulang.
Tapi, aku percaya bahwa kita tidak akan mendapatkan hasil apa-apa kalau kita mengingkari sifat dasar manusia dan daya penggerak masyarakat. Perlu sebuah solusi yang mahal untuk membiarkan manusia hidup dengan sifat dasarnya dan alam bertahan terhadapnya.
Aku tidak bisa memikirkannya sekarang. Mungkin kamu bisa mencari tahu. Aku hanya punya sebuah petunjuk kecil bahwa manusia suka dengan kata keuntungan.
Yang sedang aku sampaikan saat ini hanyalah sekadar kontribusi kecil, tetapi aku tidak melihat ada pilihan yang lebih baik demi tujuan menggerakkan masyarakat untuk melestarikan sumber daya alam planet ini untuk masa depan.
Ada begitu banyak hal tentang masa depan yang aku tidak tahu. Yang aku tahu adalah bahwa aku akan ikut serta untuk memberikan bentuknya. Dan mungkin, dengan cara ini, aku telah memulai dengan sebuah langkah kecil.
Aku berbicara sebagai wakil dari keseluruhan planet tempatku hidup. Itu semua menjadi "aku". Aku peduli dengan nasib planet ini karena aku takut kehilangan bagian inti terdalam dari jati diriku.
Segala harapan terbaik kucurahkan untukmu dan dunia tempat kamu bertumbuh dan akan terus menjalani hidup.