"Aku akan berhenti memainkannya. Sangat tidak menarik!" tegas Ayya.
"Begitulah, Ayya! Kematian adalah bagian yang paling menarik dari kehidupan."
"Ah, aku mengerti. Maka itu adalah sebuah siklus abadi?"
"Kamu bisa menyebutnya demikian."
Ayya terdiam (lagi). Ia membaringkan dirinya di lantai; di depan cermin. Memandang langit-langit dengan pikiran kosong, tak sadar ia telah tertidur.
"Ayya, bangun!" seru ibu sembari sedikit mengusap pipi Ayya.
"Ah, iya. Apa yang terjadi?" tanya Ayya setengah sadar.
"Kamu tertidur di lantai dengan seragam yang masih lengkap. Tidakkah itu sebuah kenakalan?"
"Ah, iya. Aku akan segera mandi sore."
"Ibu akan menunggumu di meja makan," ujar ibu sembari pergi meninggalkan kamar.
Ayya tak tahu lagi, apakah kejadian itu hanya mimpi atau kenyataan? Ia melihat ke cermin, dan Ayya kembali melihat gadis itu mengedipkan kedua matanya. Ayya yakin itu kenyataan.