Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Live to the point of tears.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Makhluk Dua Dunia

5 Januari 2021   09:56 Diperbarui: 5 Januari 2021   10:08 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bayangannya terus bicara seolah-olah tak mendengar perkataan Ayya itu.

"Malaikat dan manusia sama-sama punya ruh dan akal yang diciptakan Tuhan. Tapi, manusia juga punya badan yang tumbuh. Kau tumbuh dan berkembang seperti tanaman dan hewan."

"Dan sekarang kamu menyamakanku dengan tanaman?"

Lagi-lagi bayangannya itu tidak memedulikan perkataan Ayya. Ia melanjutkan, "Semua tanaman dan hewan memulai hidup mereka sebagai benih atau sel mungil. Mula-mula mereka sangat serupa hingga kamu tak bisa membedakan mereka. Bisakah kamu membedakan antara embrio babi dan embrio manusia? Atau membedakan antara benih yang satu dengan yang lain?"

"Aku ragu."

"Ya, tapi kemudian, benih-benih mungil perlahan tumbuh dan menjelma menjadi segala macam tanaman, mulai dari semak berry merah dan pohon plum sampai manusia dan jerapah. Butuh waktu berhari-hari sebelum kamu bisa melihat perbedaan antara embrio manusia dan embrio babi."

"Tak diberitahu pun, aku sudah mengetahuinya."

"Bagus kalau begitu. Tapi, tak ada dua manusia yang benar-benar sama, begitu juga babi. Bahkan, di seluruh dunia, tak ada dua helai rumput yang identik."

Ayya terdiam sejenak. "Sudah kubilang, aku tidak suka disamakan dengan hewan," ulang Ayya.

Bayangannya itu kini mulai berdiri. Perlahan menghampiri Ayya dan duduk bersama di samping Ayya. Mereka sama-sama menghadap cermin.

"Kamu adalah hewan dengan ruh malaikat, Ayya. Itu berarti, kamu dianugerahi hal-hal terbaik dari dua dunia. Tidakkah itu luar biasa?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun