Mohon tunggu...
Muhammad Fayadh Matondang
Muhammad Fayadh Matondang Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Psikologi

Saya Muhammad Fayadh Matondang, saya sangat tertarik dengan topik-topik mengenai psikologi perkembangan anak dan remaja.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

6 Dampak Keluarga Broken Home terhadap Perilaku Sosial Anak

7 Maret 2023   08:43 Diperbarui: 7 Maret 2023   08:54 775
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Kemampuan berperilaku sosial perlu dimiliki oleh anak sebagai suatu fondasi bagi anak untuk bisa berinteraksi dengan lingkungan secara luas. Broken home sendiri dapat diartikan sebagai kekacauan dalam sebuah keluarga. Kekacauan keluarga dapat ditafsirkan sebagai pecahnya suatu unit keluarga,terputus atau retaknya struktur peran sosial jika satu atau beberapa anggota gagal menjalankan kewajiban atau peran mereka secukupnya. Anak Broken home cenderung berperilaku berbeda dengan anak-anak yang masih memiliki keluarga utuh. Perbedaan tersebut seperti memiliki sifat pendiam,keras kepala,menarik diri dari lingkungan sosial, bahkan menentang orang tuanya. Hal ini disebabkan karena anak Broken home kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua.

Ketidakmampuan anak dalam menyesuaikan perilakunya sesuai dengan keadaan sosial dapat berakibat anak tersebut dikucilkan dari lingkungan,tidak terbentuknya kepercayaan diri pada anak, anak menarik diri dari lingkungan,dan sebagainya. Dari beberapa dampak keluarga Broken home terhadap perilaku sosial pada anak, terdapat beberapa perilaku yang sangat menonjol seperti mudah mendapat pengaruh buruk dari lingkungan sosial dan permasalahan moral. Berikut 6 dampak keluarga Broken home terhadap perilaku sosial anak.

1.Rentan Mengalami Gangguan Psikis

Dalam masalah ini, peran keluarga sangat dibutuhkan untuk perkembangan anak di masa yang mendatang baik secara psikologi maupun secara fisik. Karena ketika perceraian terjadi maka akan menyebabkan masa kritis buat anak terutama menyangkut hubungan orang tua yang tidak lagi tinggal bersama sehingga menimbulkan perasaan yang berkecambuk dalam batin anak.

2. Membenci Kedua Orang Tua

Anak Broken home cenderung menyalahkan orang tua bahkan membenci orang tuanya karena anak tersebut kurang mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya sendiri. Perhatian yang diperlukan anak dari orang tuanya adalah disayangi dengan sepenuh hati dalam bentuk komunikasi verbal langsung dengan anak, meski hanya menanyakan aktivitas sehari-harinya. Karena anak sangat membutuhkan sentuhan hati dari kedua orang tuanya yang berupa empati dan simpati untuk membuat anak menjadi peka terhadap lingkungannya.

3. Mudah Mendapat Pengaruh Buruk Dari Lingkungan

Anak Broken home cenderung mudah dipengaruhi oleh lingkungan karena tempat satu-satunya yang menjadi pelarian anak adalah lingkungan pertemanan,lingkungan inilah yang merupakan tempat satu-satunya bagi anak untuk mencari hiburan dan bersosialisasi. Hal ini terjadi ketika kondisi rumah dan keluarga menjadi tidak nyaman, maka anak akan berusaha untuk mencari tempat lainnya yang dijadikan sebagai tempat saling berbagi dan menghibur dirinya. Saat kondisi seperti ini terjadi, maka teman-teman sepermainannya akan menjadi tujuan sebagai pengganti keluarga. Jika lingkungannya kurang baik tentu anak akan sangat mudah teperngaruh untuk melakukan perilaku menyimpang sebagai pelarian untuk mendapat kebahagiaan.

4. Memandang Jika Hidup Sia-Sia

Anak Broken Home cenderung merasa kehilangan tujuan hidup karena iya merasa bahwa hidupnya hanya sia sia karena tanggung jawab orang tua untuk memberikan kasih sayang terhadap anak sudah tidak didapatkan oleh anak sehingga hal inilah yang membuat anak memandang hidupnya sia sia. Beberapa anak seringkali merasakan kepedihan serta kehancuran hati yang mendalam,sehingga menyebabkan pandangan hidup mereka terhadap hidup berubah ke dalam konteks negatif. Bahkan bagi mereka tidak ada satupun orang yang dapat dijadikan teladan di dalam hidupnya dan merasa jika hidup ini adalah sia-sia serta mengecewakan.

5. Tidak Mudah Bergaul

Anak Broken home cenderung menarik diri dari lingkungan sosial karena merasa malu dengan kondisi keluarganya dan iapun merasa iri dengan teman-temannya yang selalu mendapat perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya. Hal ini sesuai fakta dilapangan bahwa anak Broken home sangat sulit untuk bergaul. Hal ini terjadi karena kurangnya dorongan sosial terhadap anak tersebut. Dengan adanya dukungan sosial dari lingkungan, maka pengalaman anak dalam Problem Solving juga akan semakin membaik.

6. Permasalahan Dalam Moral

Anak yang lahir dari latar belakang keluarga Broken home saat masa perkembangannya,maka tentu anak tersebut sering dihadapkan dengan kondisi pertengkaran pertengkaran dengan orang tua yang secara tidak langsung membentuk kepribadian anak menjadi kasar dan keras. Namun seiring berjalannya waktu, anak akan terbiasa untuk melakuan tindakan tindakan seperti yang diperlihatkan oleh orang tua seperti bertengkar,berperilaku kasar,emosional,dan bertindak tidak terpuji lainnya. Sikap-sikap inilah yang akan diterapkan anak dilingkungan pertemanannya.


Dampak keluarga Broken home terhadap perilaku sosial anak yaitu rentan mengalami gangguan psikis, membenci orang tua,mudah mendapat pengaruh buruk dari lingkungannya,memandang hidup adalah sia sia, tidak mudah bergaul dan permasalahan pada moral. Selanjutnya perilaku anak Broken home cenderung kasar dan keras kepala yang diakibatkan kurangnya perhatian dan didikan dari orang tua. Maka daripada itu orang tua harus memberikan dukungan serta kasih sayang kepada anak untuk membentuk dan memaksimalkan perkembangan sosial pada anak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun