Siapa yang tak tau sepatu dan sandal? Alas kaki yang selalu digunakan ketika kita beraktifitas di luar ruangan. Salah satu kota yang mengawali pertumbuhan produksi sandal dan sepatu di indonesia sendiri ada di Bogor, Jawa barat.Â
Tepatnya di kabupaten ciomas. Sejak dulu ciomas memang terkenal dengan sentral pengrajin sepatu dan sandal. Bahkan para pengrajin cibaduyut bandung yang sekarang terkenal itu mereka belajar di ciomas.
Pengrajin sepatu dan sandal ini menjadi profesi turun-temurun di kalangan masyarakat ciomas. pengrajin sepatu dan sandal ciomas ini biasanya membuat sepatu dan sandal ini di pabrik sepatu atau masyarakat sekitar biasa menyebutnya bengkel sepatu. Lokasi bengkel inipun bukan seperti bengkel dipikiran kita yang berada di pinggir jalan. Ketika kita melintas di daerah ciomas tentu kita tidak akan menemukannya. Hal ini disebabkan karena bengkel sepatu ini berada di halaman belakang rumah.
Hampir seluruh masyarakat ciomas menjadikan sepatu dan sandal ini sebagai mata pencahariannya, terlebih diketahui beberapa masyarakat ciomas sendiri lebih memilih untuk tidak melanjutkan pendidikannya ketika sudah bisa menjadi pengrajin sepatu, dikarenakan masyarakat ciomas sendiri memiliki keyakinan bahwa kebutuhan dapat  terpenuhi dengan mereka bekerja sebagai pengrajin sepatu dan sandal. Hal yang sebenarnya patut disayangkan.
Sebenarnya hal tersebut memang benar, bahwa mereka dapet memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka, bisa dibilang mereka memiliki uang yang cukup dari menjadi Pengrajin sandal dan sepatu. Lebih-lebih produk sepatu dan sandal masyarkat ciomas sempat melanglang buana ke suluruh nusantara.
Namun hal itu kini tinggal angan-angan belaka saja, beberapa tahun belakangan ini industri sepatu dan sandal ciomas mengalami penurunan bahkan bisa dibilang industri ini sudah berada di ujung tanduk.Â
Hal ini dikarenakan mulai timbulnya para pesaing dengan peralatan yang lebih canggih, ditambah import sepatu yang semakin marak masuk ke indonesia. Orderan pun akhirnya tidak terlalu banyak seperti dulu kala.Â
Akibatnya banyak masyarakat ciomas yang semula memiliki bengkel sepatu sendiri akhirnya gulung tikar dibuatnya. Seperti ibu Ani (46) yang memiliki bengkel sepatu sendiri.Â
Ia awalnya memperkerjakan hampir 30 orang karyawan, tetapi kini ia tidak lagi mempunyai bengkel karena orderan kian hari kian menurun, ditambah lagi harga bahan baku yang mulai melonjak tinggi. Ia pun akhirnya lebih memilih untuk bekerja menjadi pengrajin sepatu dan sandal di bengkel sepatu tetangga.
Bapak Dede Sulaiman(46) pemilik bengkel sepatu dan sandal di Desa ciapus Kabupaten Ciomas, Bogor, Jawa barat. "Harapan saya ya di batasi saja impornya, Karena kalau impornya istilahnya gak dibatasi jadi produk negeri sendiri tertindas" ujarnya.