Mohon tunggu...
Muhammad Ilham Nur Ikhsan
Muhammad Ilham Nur Ikhsan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar

Orang boleh lupa tapi catatan selalu mengingatkan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Narkoba Menjalar ke Desa, Jalan Terjal menuju Indonesia Emas!

6 Juli 2024   22:06 Diperbarui: 6 Juli 2024   22:22 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumen Pribadi 

Perjalanan saya di Kabupaten Muna baru-baru ini membuka mata saya terhadap masalah yang semakin serius di negara kita.  Pekan lalu, saat sedang dalam perjalanan menuju pelabuhan untuk kembali ke Kota Kendari. Seketika saya dikejutkan dengan kemacetan yang membuat saya hampir telat mengejar kapal. Saya bertanya apa yang terjadi, apa masih marak tawuran antar lorong di wilayah ini. Supir mengatakan, bukan, ini adalah penyergapan pemakai, dan biasanya yang diciduk adalah anak usia sekolah. Saat itu juga saya kaget sebab  beberapa bulan lalu saat menempuh perjalanan yang sama menuju ke Kendari, juga terjadi peristiwa serupa.  Momen ini membuat imajinasi saya semakin liar, dimana tempo hari sebelum ke Kabupaten Muna saya kongkow dengan beberapa teman dari Kabupaten lainnya di Sulawesi Tenggara yang menceritkana realitas narkoba yang telah merajalela di desa mereka.

Saya tercengang, namun semakin sadar bahwa narkoba bukan lagi masalah Kota Besar. Penyebarannya kini telah merambah hingga ke desa-desa, bahkan ke kalangan anak muda yang masih berada di bangku sekolah. Data dari Badan Narkotika Nasional (BNN) menunjukkan bahwa jumlah pengguna narkoba di kalangan usia sekolah meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2023, sekitar 15% dari total pengguna narkoba di Indonesia adalah remaja usia sekolah  (https://news.detik.com/berita/d-173388/bnn-anak-sd-sudah-konsumsi-narkoba). Kalau dikonversikan secara umum penggunanya hampir menyentuh  5 juta orang, sebuah angka yang sangat mengkhawatirkan (https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2024/01/07/cek-data-berapa-jumlah-prevalensi-pengguna-narkoba-di-indonesia-seperti-disebutkan-anies).

Negara ini punya cita-cita untuk keluar dari Middle Income Trap. Tapi syaratnya kita harus kompetitif, modalnya adalah generasi muda. Namun, Generasi muda kita yang seharusnya fokus pada prestasi akademik dan pengembangan diri, kini terancam oleh bahaya narkoba. Prestasi akademik yang merupakan bekal penting untuk bersaing di masa depan dengan negara maju lainnya, kini terancam hilang. Anak-anak yang seharusnya menghabiskan waktu belajar dan mengejar cita-cita, malah sedang coba diseret dalam lingkaran gelap penyalahgunaan narkoba. Mereka kehilangan fokus, semangat belajar menurun. Semua ini mengarah pada penurunan prestasi akademik yang signifikan.

Efek narkoba pada otak remaja sangat merusak. Penggunaan narkoba dapat mengganggu perkembangan otak yang masih dalam masa pertumbuhan, menyebabkan penurunan kemampuan kognitif, memori, dan konsentrasi. Akibatnya, anak-anak ini tidak hanya mengalami penurunan prestasi akademik, tetapi juga kesulitan dalam memahami dan mempelajari hal-hal baru. Dampak jangka panjangnya adalah generasi yang kurang kompeten dan tidak siap bersaing di kancah global.

Jika tren ini terus berlanjut, kita menghadapi ancaman serius terhadap masa depan Indonesia Emas yang diimpikan pada tahun 2045. Generasi muda yang seharusnya menjadi penerus bangsa dan penggerak utama kemajuan, malah tak berdaya menghadapi tantangan kedepan. Indonesia yang beraspirasi menjadi negara maju dengan sumber daya manusia yang berkualitas, harus menghadapi kenyataan pahit bahwa impian tersebut bisa kandas akibat wabah narkoba yang menyebar hingga pelosok.

Lebih mengkhawatirkan lagi adalah dampak sosial yang ditimbulkan. Narkoba dapat menyebabkan keretakan dalam keluarga, meningkatkan angka kriminalitas, dan merusak tatanan sosial tak terkecuali di desa-desa. Anak muda yang terlibat narkoba seringkali terisolasi dari komunitasnya, kehilangan dukungan sosial, dan terjebak dalam perilaku yang merusak. Hal ini tidak hanya merusak individu, tetapi juga komunitas dan masyarakat secara keseluruhan.

Tanpa tindakan yang serius dan terkoordinasi, kita berisiko menghadapi jalan buntu dalam upaya mencapai Indonesia Emas. Generasi muda yang terjerat narkoba tidak akan mampu berkontribusi secara optimal dalam pembangunan bangsa. Mereka yang seharusnya menjadi inovator, pemimpin, dan tenaga kerja berkualitas, malah menjadi beban karena masalah kesehatan dan ketergantungan narkoba. Akibatnya, potensi besar bangsa kita terbuang sia-sia.

Kekhawatiran ini semakin nyata ketika saya menyaksikan penyergapan narkoba di depan mata secara beruntun dalam dua momen yang berbeda. Hal ini menegaskan bahwa masalah ini sudah benar-benar dekat, nyata, dan membahayakan. Jika kita tidak segera bertindak, kita mungkin akan kehilangan generasi yang seharusnya membawa kita menuju masa depan gemilang.

Kita belum terlambat, tetapi waktu terus berdetak. Jika kita tidak segera menyadari ancaman narkoba yang kian menjalar dan mengambil langkah konkret secara institusional, kita akan kehilangan bonus demografi yang berharga. Generasi yang seharusnya membawa kita menuju masa depan gemilang kini berada di ambang kehancuran.

Mari kita bangun kesadaran kolektif dan bertindak tegas untuk menjaga generasi emas dari jerat narkoba. Masa depan Indonesia bukanlah mimpi kosong; itu adalah tujuan yang harus kita perjuangkan dengan segala upaya. Dengan komitmen dan tindakan nyata, kita bisa memastikan langkah kita menuju Indonesia Emas 2045 tidak terhenti oleh ketidakpedulian. Sebab, masa depan bangsa ada di tangan kita semua.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun