Keterkikisan akhlak saat ini sudah mengotori dunia para remaja. Hormatnya terhadap yang lebih tua, kasihnya terhadap yang lebih muda, atau penghargannya terhadap orang yang papa kini amat sulit terlihat dalam pribadi seorang remaja, namun saya tidak mengatakan semua remaja demikian. Tentu saja masih banyak remaja yang berlaku baik dalam kehidupannya.
Kalau ditanyakan sebab kenapa hal tersebut bisa terjadi, maka hal ini akan menjurus ke arah bagaimana pola didikan yang diterimanya di rumah. Atau, bisa jadi lingkungan tempat bergaulnya sudah membentuk perilaku mereka, menjadi minim pengetahuan tentang bagaimana seorang remaja harusnya beretika. Lebih khusus remaja muslim yang mestinya memiliki akhlak yang mulia.
Sering kita lihat bagaimana anak remaja yang lewat nyerempet begitu saja di hadapan orang yang lebih tua, tanpa memperhatikan etika yang semestinya ia berlakukan. Kenyataannya bahkan lebih dari itu, sikap sebagian dari mereka yang menganggap orang tua bagaikan teman seumuran adalah terobosan hancurnya akhlak seorang manusia beragama.
Tradisi yang gampang ditemui dari sisi gelapnya remaja adalah suka “mahuhulut” (istilah dari bahasa Banjar), yang artinya mengolok-olok. Hal ini biasanya terjadi ketika si remaja mendapatkan nasihat atau teguran yang menohok dari orang yang lebih tua darinya.
Anak seumuran mereka hanya bertaji di belakang saja, ketikan sudah saling tatap dan berhadapan, mereka langsung keok dan tak mengakui olok-olok yang dengan sadar telah diucapkan. Ketahuilah, yang demikian ini bukanlah ciri khas dari jati dirinya seorang remaja muslim yang berkarakter. Melainkan jati diri seorang pengecut berselimut kain penakut.
Lalu bagaimana gerangan jati diri seorang remaja muslim?
Merekalah remaja yang memiliki target yang jelas, bertakwa, bertanggung jawab, lagi berakhlak mulia. Mereka tidak akan membiarkan dirinya, ikut terjerumus ke lobang yang sama dengan remaja lainnya. Ia tidak mudah tergoda melakukan apa yang lumrah dilakukan oleh remaja pada umumnya. Ia memilih jalan yang berbeda, meski dianggap orang lain janggal dan tak biasa.
Wahai para Pemuda! Tradisi ikut-ikutan, ingin mencoba yang jelas-jelas jelek, dan kurangnya sopan santun terhadap orang lain itu marilah segera kita tanggalkan dari kebiasaan. Remaja adalah tonggak penerus generasi. Apakah kalian mau, saat generasi kalian sudah berada di masanya, yang terjadi malah kerusakan, dan kacaunya peradaban, tandanya bisa kita lihat dari munculnya kemerosotan, kriminal terjadi di mana-mana, hingga sistem pemerintahan tak bisa lagi dikendalikan?
Akal sehat tentu ingin menghindarkan hal tersebut terjadi. Selagi ada waktu hari ini, mulailah mencari cara agar generasi kita muncul dan tampil menjadi generasi yang berjaya di masa yang akan datang. Kita ini berada di era kekrisisan mental, moral, etika, akhlak, dan seumpanya. Andai kata satu macam hal ini saja yang menjadi pusat perhatian pendidikan, maka kemampuan-kemampuan yang lain akhirnya juga ikut mengekor di belakang.
Tugas untuk orangtua atau pendidik, langkah pertama yang mudah dan dapat dilakukan ialah mensosialisasikan para remaja untuk mencintai buku, rajin membaca, dan belajar. Tanamkan kebiasaan iqra sejak dini, maka kepribadian seseorang akan mendewasa melampaui umurnya sekarang.