Oleh: Muhammad Nur Kholis
(mahasiswa Pendidikan sosiologi FIS UNJ )
Pandemi corona Virus Diseases-19 atau yang lebih dikenal dengan covid-19/ virus corona membuat resah masyarakat seluruh dunia, tak terkecuali indonsia. Virus ini awalnya mulai berkembang di Wuhan, China. Wabah virus ini memang penularannya sangat cepat menyebar ke berbagai negara di dunia. Sehingga oleh World Health Organization (WHO), menyatakan wabah penyebaran virus covid-19 sebagai pandemi dunia saat ini.
Sudah banyak orang di seluruh dunia yang terpapar dengan virus ini, bahkan menjadi korban kemudian meninggal dunia. Wabah virus ini telah memakan banyak korban seperti tercatat di negara Tiongkok, Italia, Spanyol dan negara besar lain di dunia. Penyebaran virus ini pun sulit dikenali, karena virus ini baru dapat dikenali sekitar 14 hari.Â
Namun, orang yang telah terpapar dengan virus ini memiliki gejala seperti demam di atas suhu normal manusia atau diatas suhu 38 C, gangguan pernafasan seperti batuk, sesak nafas serta dengan gejala lainnya seperti gangguan tenggorokan, mual, dan pilek. Apabila gejala tersebut sudah dirasakan, maka perlu adanya karantina mandiri (self quarantine).
Dikarenakan penangan virus ini rumit dan tidak bisa secara sembarangan, mengakibatkan pemimpin-pemimpin di dunia menerapkan kebijakan-kebijakan yang sangat ketat untuk dapat memutuskan rantai penyebaran virusnya. Sosial Distancing atau pembatasan interaksi sosial menjadi kebijakan yang amat berat bagi setiap negara yang akan menerapkannya. Kebijakan ini memiliki dampak yang sangat buruk dalam segala aspek kehidupan warga negara dan bahkan sangat berimbas besar pada negara yang menerapkannya.
Pembatasan interaksi sosial yang terjadi di masyarakat juga berdampak pertumbuhan dan kemajuan di berbagai bidang kehidupan. Tetapi masyarakat tidak bisa memilih pilihan yang lain, karena hanya cara inilah yang tepat dan paling efektif untuk memutuskan rantai pertumbuhan covid-19.
Kebijakan sosial distancing berakibat fatal pada perputaran kehidupan masyarakat. Bidang kehidupan yang paling besar memerima masalah paling besar dari adanya sosial distancing ini adalah sektor ekonomi. Hal ini dikarenakan apabila terjadi krisis ekonomi bukan orang-orang yang mempunyai ekonomi kuat melainkan warga yang mempunyai ekonomi yang rendah juga menerima dampak dari krisis tersebut. Ekonomi yang mengalami krisis, akan mengakibatkan tersendatnya atau bahkan tertutupnya kebutuhan primer yang diperlukan oleh masyarakat untuk memenuhinya. Dan apabila hal ini terjadi maka negara akan gelimpungan, terbebani apabila harus memenuhi dan menanggung segala kebutuhan pokok bagi setiap penduduknya.
Bidang pendidikan juga mendapat dampak dari kebijakan yang dilakukan. Keputusan pemerintah yang mendadak untuk meliburkan atau merubah pembelajaran yang awalnya kegiatan pembelajaran di sekolah di alihkan ke rumah masing masing atau yang dikenal dengal istilah PJJ ( pembelajaran jarak jauh) atau pembelajaran online (daring).Â
Kebijakan yang secara mendadak ini, mengakibatkan banyak kekacauan dibidang pendidikan. Hal ini dikarenakan terjadinya ketidaksiapan sekolah, siswa, guru, dan orang tua. Tetapi yang menjadi faktor utamanya yaitu ketidaksiapan sekolah untuk melaksanakan pembelajaran jarak jauh ini, walaupun pemerintah telah memberikab alternatif solusi dalam memberikan penilaian terhadap siswa sebagai syarat kenaikan atau kelulusan dari lembaga pendidikan disaat situasi darurat seperti ini.
Peralihan cara pembelajaran ini memaksa untuk mengikuti alur yang sekiranya bisa di tempuh supaya pembelajaran jarak jauh ini bisa terlaksana dengan lancar, dan yang menjadi pilihan adalah dengan pemanfaatn teknologi sebagai media pembelajaran daring. Penggunaan teknologi juga bukan tanpa masalah , banyak faktor yang menghambat terlaksananya pembelajaran menggunakan teknologi ini seperti saja penguasaan teknologi yang masih rendah. Dikalangan tenaga pendidik khususnya mereka yang sudah berusia cukup tua. Hal ini dikarenakan pada masa mereka menempuh pendidikan serta mengajar jarang menggunakan atau tidak terlalu masif penggunaan teknologinya. Sebenarnya mereka bukannya tidak bisa tetapi mereka hanya perlu sedikit belajar menggunakannya dan membiasakan menggunakannya. Hal yang serupa juga terjadi pada siswanya. Tidak semua siswa yang diajar oleh guru terbiasa dengan menggunakan teknologi dalam kehidupan sehari harinya.
Ketersedian perangkat pendukung teknologi juga menjadi masalah lain yang perlu diperhitungkan. Tingkat ekonomi yang rendah menjadikan sebagian siswa tidak memiliki sarana prasana yang diperlukan untuk proses pembelajaran jarak jauh ini. Disekolah pun merak harus berebut dalam penggunaan perangkat telnologi penunjang pembelajaran yang disediakan oleh sekolah karena terbatas.