Organisasi merupakan sebuah nama yang tidak asing lagi bagi kita. Coro (o=kopi) krungu, kuping lagsung bisa mendeteksi. Apalagi bagi golongan pelajar, organisasi merupakan kehidupannya. Sitik-sitik sibuk. Tapi ada juga yang sitik-sitik sok sibuk. Organisasi kalau kita artikan adalah sebuah kumpulan dari beberapa orang yang memiliki tujuan yang sama. Di dalamnya ada orang yang memiliki jabatan tertinggi sampai jabatan yang paling bawah. Meskipun begitu semua yang ada dalam organisasi saling membutuhkan dan melengkapi. Baik itu atasan ataupun bawahan, semua sangat dibutuhkan dalam sebuah organisasi.Â
Kalau kita analogikan organisasi itu seperti bus. Agar bus bisa berjalan dan bisa mengantar penumpang sampai tujuan, komponen-komponen bus harus lengkap. Mulai dari supir, busnya sendiri, roda, kursi, mesin dan masih banyak lagi yang tidak mungkin saya sebutkan satu persatu. Semuanya saling melengkapi. Coba bayangkan ada bus tapi tidak ada sopirnya, apa bus tersebut bisa jalan? Tidak mungkin. Dan kalau kita bayangkan lagi, ada sopir, busnya juga ada tapi tak ber-roda, apakah bus bisa berjalan? Tidak mungkin juga kan... Sopir kalau dalam organisasi layaknya seorang pemimpin, sedangkan roda adalah anggota dari organisasi itu, ibaratkan saja anggota yang memiliki jabatan paling bawah. Dari keduanya (sopir dan roda) agar bus bisa berjalan harus saling melengkapi dan harus ada. Begitu juga organisasi, pemimpin tanpa anggota akan mati dan juga sebaliknya. Tidak ada yang ter-penting dalam sebuah organisasi kecuali solidaritas dan koordinasi yang baik.
Tapi dalam tulisan ini saya tidak akan membahas panjang lebar tentang organisasi. Yang ingin saya bahas adalah tentang pembulian organisasi. Dengan artian banyak dari kalangan pelajar ketika ditanya kenapa kamu semakin jarang masuk? Kenapa prestasimu semakin turun? Mereka menjawab dengan dalih organisasi. Jadi seakan-akan organisasi lah yang pertama kali patut untuk disalahkan. Hai organisasi kamu harus bertanggung jawab atas ketidak aktifan kuliah ku, seakan-akan ia berkata seperti itu. Kalau dibilang logis sebenarnya sama sekali tidak, tapi kalau dilihat kenyataannya seakan-akan seperti itu. Seperti jawaban teman saya dari pertanyaan yang saya lontarkan kepadanya, pertanyaannya seperti ini "bib (nama samaran) kenapa akhir-akhir ini kamu jarang masuk?? Dan jawabannya seperti ini "biasa nif (nama samara juga) lagi sibuk-sibuknya, ngurus ini, ngurus itu dan lain-lain". Wow spektakuler kan jawabannya. Menarik sekali.Â
Saya tak berhak menyalahkan jawaban teman saya itu, karena memang ia lagi sibuk ngurusi organisasi yang diemban sekarang. Apalagi ia bukanlah sesosok malaikat, pasti punya Lelah dan malas. Tapi saya juga punya hak untuk menyalahkan jawabannya, kenapa? Karena mengapa harus organisasi yang dijadikan penyebab pertama dari ketidak aktifannya. Kalau menurut saya, pertama kali yang pantas untuk disalahkan adalah dirinya sendiri. Kenapa? Karena kalau ia siap terjun di dunia organisasi maka ia pun harus siap menerima konsekuensi.Â
Konsekuensi dari organisasi adalah siap mengkorbankan sebagian tenaga dan waktunya untuk dialokasikan ke dalam organisasi. Yang secara otomatis waktu belajarnya akan terkurangi dan rasa lelahpun selalu mengiringi. Tapi apakah dengan sebab dalih-dalih tersebut ada dispensasi peraturan sekolah, diniyyah, kuliah?? Sama sekali tidak. Karena memang tak pantas kiranya hal tersebut tertulis dalam ADRT sebuah Lembaga. Misalnya "pelajar yang aktif dalam organisasi boleh masuk terlmbat, boleh tidak masuk", kalau difikir kan lucu sekali. Meskipun aktif organisasi bahkan ia seorang ketua, kalau masih menyandang gelar pelajar, masa aktif kewajiban mentaati peraturan sebagai seorang pelajar akan tetap berlaku. Seperti tidak berangkat terlambat, selalu aktif mengikuti jam pelajaran, tidak melanggar peraturan dan lain-lain.
Orang berbuat harus berani bertanggung jawab. Siap terjun di dunia organisasi siap terima konsekuensi. Jadi kalau masih ada pelajar yang menyalahkan organisasi atas ketidak aktifannya dalam kegiatan sekolah ataupun kuliah, keaktifan nalarnya perlu dipertanyakan. Seorang nelayan pasti tahu konsekunsi jadi seorang nelayan. Siap bermalam berhari-hari di atas perairan yang tak menutup kemungkinan datangnya gelombang besar yang dapat menghancurkan kapalnya dan tak lain juga menghilangkan nyawanya.Â
Tapi kalau memang hal itu terjadi dan nelayan tersebut menyalahkan profesinya sebagai seorang nelayan apakah itu merupakan hal yang logis? Dan bukanlah itu hal yang lucu?? Jelas lucu dan tidak logis. Karena sejak awal ia sudah siap atas semua konsekuensi yang terjadi. Maka dari itu, sebelum kita terjun ke dunia organisasi kita harus fikir matang-matang dulu. Bisakah kita me-manage waktu dan menyelaraskan kegiatan sehari-hari tanpa harus mengkorbankan waktu belajar dan masa muda kita untuk berkreasi seiring kita aktif dalam organisasi. Sulit memang, tapi kalau kalian bisa, hanya satu kata yang pantas saya ucapkan untuk kalian "JHOSSSS". Â
Tulisan ini sama sekali tidak ada maksud untuk meng-kendor-kan anda dalam berorganisasi. Organisasi merupakan bekal yang sangat penting ketika kita sudah hidup bermasyarakat nanti. Maksud dari tulisan ini adalah bagaimana kita bisa mengatur waktu dengan baik, kita berorganisasi tapi siap untuk selalu berprestasi. Karena kejadian realnya, banyak yang berorganisasi tapi makin hari makin tidak berprestasi. Dengan artian semakin hari prestasi gemilangnya semakin menghilang. Dan tragisnya yang disalahkan adalah organisasi. Maka dari itu marilah kita bersadar diri untuk tidak selalu menyalahkan apa yang ada disekitar kita dan apa yang kita lakukan sekarang, karena kaidahnya "apa yang ada saat ini adalah yang terbaik". Tinggal kita bisa mengimplementasikannya atau tidak. Selalu punya jiwa optimis tapi jangan lupakan pesimis. Orang optimis mungkin bisa membuat pesawat tapi orang pesimis bisa membuat pelampung karena ia tahu saat pesawat yang ia buat tidak bisa terbang dan jatuh ke laut.
Dari pembulian di atas mungkin masih bisa di tolerir, ada lagi permasalahan yang menurut saya sangat nggilani urip. Dalam pembahasan paragraf ini mungkin masuk kategori mode keras. Jikalau ada yang merasa tersinggung berarti dialah tersangkanya. "Organisasi dijadikan pelarian". Â Kebanyakan teman-teman saya adalah aktivis organisasi, jadi saya sedikit tahu tentang seluk beluk kehidupan di dalam organisasi. Ada beberapa dari mereka yang menjadikan organisasi sebagai pelarian dari kemalasan. Pada saat jam pelajaran sedang berlangsung, mereka berlagak izin mau ngurusin persiapan kegiatan, padahal itu hanyalah bualan mencari tempat persembunyian. Yang mereka prioritaskan bagaimana agar kolom absen tidak tercatat huruf A meskipun dengan manipulasi alasan. Setelah masalah absen sudah teratasi, muncul sudah penyiasatan pembulian organisasi. Bisa dibilang ini adalah tindak kriminalisasi organisasi. Tapi itu hanya beberapa orang dari sekian banyak aktivis organisasi. Jadi masih banyak yang siap berorganisasi tapi tetap memprioritaskan waktu belajarnya. Karena mereka tahu, organisasi bukanlah penghambat tapi penyemangat. Jhosssss.... Â
Dari tulisan ini penulis berharap organisasi tidak dijadikan pelarian, disalahgunakan dan dijadikan bahan bulian. Organisasi merupakan tempat berkreasi dan menumbuhkan inspirasi, jangan nodai organisasi hanya karena kemalasan diri. Kalau tak siap menerima konsekuensi berorganisasi, solusi yang paling baik adalah mengundurkan diri. Organisasi adalah tempat orang yang mempunyai tekad kuat dan cita yang tinggi. Â Sekian, salam. Â Â
        Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H