Karbon aktif (bahasa Inggris: activated carbon) adalah material yang memiliki struktur pori-pori kecil dan permukaan yang sangat luas sehingga dapat menyerap bahan kimia dan gas dari lingkungan sekitar. Karbon aktif biasanya terbuat dari bahan-bahan seperti kayu, kulit, batu bara, atau bahkan limbah industri.
Di Indonesia, karbon aktif digunakan dalam berbagai aplikasi industri, seperti pengolahan air minum, pengolahan minyak dan gas, produksi farmasi, dan lain sebagainya. Beberapa contoh penggunaan karbon aktif di Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Pengolahan air minum: Karbon aktif digunakan sebagai filter untuk menghilangkan zat-zat berbahaya dan bau dari air minum.
2. Pengolahan minyak dan gas: Karbon aktif digunakan untuk menghilangkan kotoran, bau, dan warna dari minyak dan gas.
3. Produksi farmasi: Karbon aktif digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan obat-obatan.
Selain itu, karbon aktif juga digunakan dalam aplikasi non-industri, seperti dalam pembuatan masker, filter udara, dan sebagainya.
Karbon aktif dapat digunakan sebagai adsorben tembaga dalam proses pengolahan air limbah dan industri yang mengandung logam berat seperti tembaga. Adsorpsi adalah proses pengambilan partikel atau molekul suatu zat dari larutan oleh permukaan padat seperti karbon aktif. Karbon aktif memiliki pori-pori yang sangat kecil sehingga dapat menyerap zat-zat terlarut seperti tembaga. Ketika larutan air limbah atau industri mengalir melalui karbon aktif, partikel tembaga terikat pada permukaan karbon aktif dan dihapus dari larutan. Karbon aktif dapat diatur agar memiliki ukuran pori-pori yang sesuai untuk menangkap ukuran partikel tembaga yang diinginkan.
Daun kering dapat dijadikan bahan baku karbon aktif jika diproses terlebih dahulu dengan cara dijadikan arang melalui pembakaran dalam kondisi yang terkontrol. Setelah itu, arang tersebut dapat diaktifkan menjadi karbon aktif melalui proses aktivasi yang tepat.Â
Proses pembuatan karbon aktif dari daun kering melalui aktivasi memerlukan beberapa langkah, di antaranya:
Pengeringan: Daun kering harus dikeringkan terlebih dahulu untuk menghilangkan kelembapan yang dapat mempengaruhi kualitas karbon yang dihasilkan.
Pembakaran: Daun kering kemudian dibakar dalam kondisi anaerob (tanpa udara) dengan suhu yang cukup tinggi (biasanya antara 500 hingga 800 derajat Celcius) selama beberapa jam untuk mengubahnya menjadi arang.
Pendinginan: Setelah pembakaran, arang yang dihasilkan harus didinginkan secara perlahan agar tidak retak dan pecah.
Pemutihan: Arang daun kering yang telah didinginkan kemudian diputihkan dengan bahan kimia seperti asam sulfat atau hidrogen peroksida untuk menghilangkan zat-zat yang tidak diinginkan dari arang tersebut.
Aktivasi: Arang daun kering yang telah diputihkan kemudian diaktifkan dengan cara diberi perlakuan kimia seperti penggunaan gas CO2 atau uap air pada suhu yang tinggi. Proses ini akan membentuk pori-pori kecil dan besar pada arang, sehingga karbon aktif yang memiliki daya serap yang tinggi dapat dihasilkan.
Pencucian dan Pengeringan: Karbon aktif daun kering yang telah diaktivasi kemudian dicuci untuk menghilangkan bahan kimia yang tidak diinginkan. Setelah dicuci, karbon aktif dijemur atau dikeringkan kembali.