Mohon tunggu...
Muhammad FahresyAlfariz
Muhammad FahresyAlfariz Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman, Kalimantan Timur

Saya memiliki minat yang tinggi dalam topik-topik Internasional.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pemindahan Ibu Kota Indonesia ke Kalimantan Timur: Perspektif Pakar Malaysia

15 Juni 2024   16:58 Diperbarui: 15 Juni 2024   17:29 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Keputusan Presiden Joko Widodo untuk memindahkan Ibu Kota Indonesia dari Jakarta ke Ibu Kota Nusantara (IKN) di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, merupakan langkah ambisius yang memicu banyak diskusi dan analisis. Langkah ini didasari oleh kekhawatiran atas kondisi Jakarta yang semakin tenggelam akibat meningkatnya permukaan air laut dan pengeboran sumur ilegal, tingkat kemacetan tinggi, serta ketimpangan distribusi kekayaan dan pembangunan infrastruktur di seluruh negeri. 

Pemindahan ibu kota ke Kalimantan Timur dianggap sebagai solusi untuk berbagai permasalahan tersebut. Lokasi baru ini relatif aman dari risiko tenggelam dan gempa bumi, serta posisinya yang berada di tengah Indonesia diharapkan dapat mempermudah pemerataan ekonomi di seluruh negeri. Namun, langkah ini tidak hanya dilihat sebagai solusi domestik, tetapi juga memiliki implikasi regional, terutama dalam konteks ASEAN. 

Dalam kuliah tamu internasional di Universitas Mulawarman, Kalimantan Timur, Dr. Mohamad Ikhram bin Mohamad Ridzuan dari Universiti Malaysia Sabah menyampaikan pandangannya mengenai pemindahan ibu kota ini. Ia melihat proyek ini sebagai peluang besar tidak hanya bagi Indonesia, tetapi juga bagi Malaysia dan ASEAN secara keseluruhan. Pemindahan ibu kota dapat memperkuat posisi Indonesia sebagai salah satu kekuatan yang sedang muncul di Asia Tenggara. 

Namun, Dr. Mohamad Ikhram juga menekankan beberapa tantangan yang perlu dihadapi, terutama dalam hal keamanan perbatasan Indonesia-Malaysia. Ia mencatat bahwa tindakan penyelundupan, narkotika, dan perdagangan manusia tetap menjadi masalah serius di kawasan tersebut. Pemindahan ibu kota bahkan berpotensi meningkatkan aktivitas ilegal ini, yang pada akhirnya dapat mengancam kestabilan dan keamanan kedua negara. Oleh karena itu, diperlukan upaya bersama untuk memperkuat tindakan keamanan perbatasan, memperbarui lingkup hukum, serta meningkatkan kemampuan penegakan hukum. 

Selain itu, pemindahan ibu kota ini juga membawa konsep Green City yang bertujuan untuk pembangunan yang ramah lingkungan merupakan sebuah potensi untuk kerjasama Indonesia-Malaysia. Meskipun Indonesia dan Malaysia masih memiliki pemahaman yang terbatas mengenai teknologi hijau dibandingkan dengan negara maju seperti Jepang, kerjasama dalam pertukaran teknologi dan pembangunan ekonomi hijau dapat menjadi solusi untuk mengatasi keterbatasan tersebut. Hal ini penting untuk memastikan bahwa pembangunan IKN tidak hanya berfokus pada aspek fisik dan ekonomi, tetapi juga pada keberlanjutan lingkungan. 

Dalam menghadapi tantangan dan peluang ini, kolaborasi regional dan internasional menjadi kunci. Indonesia dan Malaysia, bersama dengan negara-negara ASEAN lainnya, perlu memperkuat kerjasama di berbagai bidang untuk mengoptimalkan manfaat dari pemindahan ibu kota ini. Dengan demikian, proyek ini tidak hanya akan membawa perubahan positif bagi Indonesia, tetapi juga bagi seluruh kawasan Asia Tenggara. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun