Maggot merupakan larva dari lalat Black Soldier Fly (Hermetia Illucens, Stratimydae, Diptera) atau BSF. Meskipun keluarga lalat, namun ukuran BSF yang dikenal sebagai lalat tentara ini, lebih panjang dan besar. Meskipun dari keluarga lalat, namun BSF tidak menularkan bakteri, penyakit, bahkan kuman kepada manusia.
Seperti halnya belatung, maggot berguna secara ekologis dalam proses dekomposisi bahan-bahan organik. Maggot mengonsumsi sayuran dan buah. Tak hanya buah dan sayuran segar, maggot pun mengonsumsi sampah sayuran dan buah. Karenanya manggot sangat cocok digunakan dalam pengelolaan sampah organik.
Selain bermanfaat untuk pakan ayam petelur konsentrat dari maggot ini juga bisa untuk hewan ternak lainnya seperti ayam pedaging, burung puyuh, bebek, dan juga ikan lele maggot pun mempunyai nilai ekonomis, yaitu bisa menjadi sumber pakan ternak dan menjadi pupuk. Maggot mengandung protein tinggi dan kandungan gizi yang baik untuk pakan unggas.Â
Maggot memiliki kadar protein sekitar 43% jika dalam keadaan utuh, sedangkan jika dijadikan pelet kadar proteinnya antara 30% sampai 40%. Dibandingkan cacing, maggot lebih menguntungkan sebagai pakan ternak karena lebih cepat berkembangbiak dan cepat bisa dipanen.Â
Maka dari itu pengolahan sampah organic dengan menggunakan budidaya maggot ini bisa menciptakan ide untuk pembuatan pakan ternak berupa konsentrat maupun pelet. Pakan ternak yang dihasilkan dari maggot sangat cocok untuk peternakan organik. Penggunaan maggot bisa menekan penggunaan pakan berbahan kimia.
Bisa di simpulkan sampah yang biasanya kita anggap tidak berguna dan tidak ada nilai harganya, tenyata sampah tersebut bisa di olah dan menghasilkan suatu nilai harga yang bisa di katakana sangat tinggi dan bisa bermanfaat. Contohnya seperti menjadi pakan ternak konsentrat dan pellet.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H