Mohon tunggu...
Muhammad Siddiq Rizki Purnama
Muhammad Siddiq Rizki Purnama Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa Doktoral Pendidikan Matematika UNM Makassar

Mahasiswa Doktoral Pendidikan Matematika. Seorang guru matematika yang tertarik mendalami dan menyelidiki penyebab kesulitan setiap peserta didik dalam belajar matematika.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Memahami Kuantitatif dan Kualitatif dalam Penilaian Siswa

18 Juni 2024   09:58 Diperbarui: 18 Juni 2024   10:06 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Seorang guru yang sudah dibekali dengan kompetensi pedagogik akan mampu dan jeli melihat karakteristik siswa di dalam kelas. Tentunya setiap siswa di dalam kelas memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kelebihan dan kekurangan setiap siswa, menjadi bahan pertimbangan bagi guru untuk menentukan apa dan bagaimana siswa tersebut diajarkan. Kekurangan dan kelebihan setiap  siswa tentunya tidak hanya dinilai secara kuantitatif saja, namun juga harus dengan cara kualitatif. 

Penilaian secara kuantitaif yang dimaksud adalah guru melakukan penilaian pada pencapaian hasil belajar siswa pada aspek kognitif, biasanya hal ini dilakukan guru untuk melihat ketuntasan pada salah satu capaian pembelajaran yang sudah diajarkan selama proses pembelajaran. Penilaian yang biasa digunakan oleh guru untuk menilai siswa secara kuantitatif adalah dengan cara mememberikan asesmen yang berkaitan dengan capaian pembelajaran yang sedang atau sudah dipelajari. Asesmen yang baik adalah asesmen yang diberikan secara berkala dan melibatkan siswa dalam merumuskan poin-poin penting dalam asesmen. Dengan melibatkan siswa maka mereka akan merasa memiliki dan mereka juga akan tau bahwa proses pemberian asesmen akan dilakukan diawal pembelajaran, saat pembelajaran, dan diakhir pembelajaran. 

Asesmen yang digunakan guru di awal pembelajaran berfungsi sebagai detektor untuk mengukur sejauh mana siswa siap untuk belajar. Selanjutnya asesmen yang diberikan guru saat pembelajaran berfungsi untuk mengetahui pemahaman siswa tentang konten yang sedang diajarkan guru. Sedangkan pemberian asesmen diakhir pembelajaran dimaksudkan untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami konten dalam satu alur tujuan pembelajaran atau lebih dan sekaligus menjadi bahan untuk guru dalam melakukan evaluasi pembelajaran secara utuh. Proses asesmen ini diibaratkan seperti sebuah siklus yang akan terus menerus terjadi dalam kelas pembelajaran. 

Penilaian secara kualitatif melibatkan asesmen non kognitif pada aspek emosional, aktivitas siswa selama dirumah, dan kondisi keluarga mereka. Asesmen yang dilakukan guru pada aspek emosional siswa bertujuan untuk mengetahui kondisi emosi mereka sebelum pembelajaran dimulai, proses asesmen dapat dilakukan dengan cara menanyakan tentang suasana emosi mereka atau guru dapat menyediakan alat bantu berupa emoji yang terbuat dari kertas, sehingga guru mengetahui apakah kondisi emosi mereka dalam keadan senang atau sedih. 

Selanjutnya, guru dapat menanyakan kepada siswa tentang kegiatan yang disenangi atau yang tidak disenangi siswa saat berada dirumah. Guru juga dapat menanyakan tentang  kondisi keluarga siswa sehingga mereka merasa diperhatikan. Dengan diberikannya asesmen non kognitif oleh guru maka segala informasi tentang kesejahteraan psikologi siswa dapat diketahui dan mereka akan lebih merasa nyaman dalam belajar. Kenyamanan dalam belajar akan merubah sikap mereka dari yang kurang baik menjadi baik. Sebagaimana kita ketahui, terjadinya perubahan sikap dari yang tidak baik menjadi baik adalah salah satu dari tujuan belajar. Artinya, perubahan sikap siswa dari tidak baik menjadi baik sama pentingnya dengan perubahan kemampuan kognitif mereka dari tidak tau menjadi tau. 

Guru harus menyadari bahwa ia adalah sebagai detektor terhadap keseimbangan antara kemampuan kognitif dan sikap siswa dalam kelas pembelajaran. Guru belum dikatakan berhasil dalam mendidik jika hanya mengutamakan penilaian secara kuantitatif dan mengabaikan penilaian secara kualitatif. Penilaian secara kualitatif biasanya dilakukan dengan cara observasi menggunakan instrumen yang sudah dirumuskan sebelumnya bersama siswa. Artinya, proses pembelajaran benar-benar berpusat pada siswa. Mereka harus merasa pembelajaran adalah sebuah kebutuhan dan peran guru hanya sebagai detektor, fasilitator dan motivator saja di kelas. Sikap yang mungkin dapat dirumuskan misalnya, saling menghormati, kerjasama, santun dalam menyampaikan pendapat dan sebagainya. Untuk pencapaian hasil belajar yang baik secara kuantitatif dan kualitatif dibutuhkan usaha maksimal dengan senantiasa melakukan tukar pendapat dan saling berbagi pengalan bersama teman-teman guru baik dalam ruang lingkup kecil seperti di sekolah maupun dalam ruang lingkup yang lebih besar seperti KKG, MGMP, dan komunitas belajar lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun