Mohon tunggu...
Muhammad Nabil Fadhlillah
Muhammad Nabil Fadhlillah Mohon Tunggu... Notaris - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Malang

pemikir yang suka bertahta pada jamban, sembari membaca komposisi shampoo

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Mengapa Kita Kecewa

14 Oktober 2024   23:16 Diperbarui: 14 Oktober 2024   23:30 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Tadi kita sudah tahu, kalau rasa kecewa itu dari ekspetasi yang dipatahkan oleh realita. Dalam buku filosofi teras, Henry Manampiring menjelaskan, salah satu cara menghadapi rasa kecewa adalah berekspetasi sebaliknya. Jika biasanya kita berekspetasi terhadap hal hal yang seru, asik, atau menyenangkan. Maka berekspetasi lah hal hal yang buruk, musibah atau hal buruk yang mungkin terjadi. Jadi setidaknya, jika hal buruk terjadi, kita tidak akan terlalu kecewa.

Mulailah memahami diri sendiri. Sehingga rasa bahagia kita tidak perlu lagi bergantung pada orang lain. Nikmati hal hal kecil yang kita lakukan. Dan beri apresiasi pada diri kita jika berhasil menaklukkan sebuah tantangan. Cobalah untuk melakukan hal sendiri. Jika dulu ke toilet, makan, jajan harus sama teman. Maka cobalah untuk sendiri. Secara perlahan ketergantungan pada orang lain akan berkurang dan rasa kecewa terhadap orang lain akan berkurang.

Coba kita ibaratkan dengan seorang nahkoda yang berlayar sendirian. Dia melakukan navigasi sendirian, memasak untuk diri sendiri, memperbaiki kapal sendiri, membersihkan kabin sendiri, bahkan menaikan dan menurunkan jangkar sendiri. Memang sulit jika dilakukan sendiri, tapi dia jadi paham semua seluk beluk kapal. Jika ada badai yang menerjang, dia tahu apa yang harus dilakukan. Dan dia tidak perlu mengandalkan orang lain yang bisa saja membuatnya kecewa.

Selain itu berhentilah memikirkan masa depan. Dan mulai lah gapai masa depan itu secara perlahan. Karena banyak sekali orang yang terlampau memikirkan masa depan, sampai merasa sudah ada di masa itu. Padahal realitanya dia tidak kemana mana sebelum melakukan pergerakan.

Ketimbang kita berangan-angan tentang masa depan. Eh, liburan mau kemana ya? Sampai berekspetasi bahwa masa depan itu akan lebih baik dari hari ini. Lebih baik kita kerahkan seluruh kemampuan kita di hari ini. Menikmati setiap helaan nafas kita, dan meromantisasikan seluruh kegiatan kita hari ini. Walau sebenarnya hanyalah repetisi dari hari kemarin. Percayalah bahwa hari ini berbeda dengan kemarin jika kita melakukan sesuatu dengan sepenuh hati. Karena pada dasarnya manusia selalu berkembang di setiap detiknya.

Jika semua hal itu dilakukan, paling tidak rasa kecewa akan hilang atau setidaknya berkurang. Karena kita sudah berani mengandalkan diri sendiri, terlebih mengerahkan seluruh kemampuan kita untuk hari ini. Percayalah, diri kita di masa depan akan berterimakasih pada diri kita di hari ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun