Mohon tunggu...
Pejuang Mimpi
Pejuang Mimpi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Berisikan materi perkuliahan, story traveller dan opini penulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dahsyatnya Sastra Arab pada Surat Al-Fatihah Lafadz Alhamdulillah

20 Desember 2022   06:39 Diperbarui: 20 Desember 2022   06:52 1254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

a. Kata ahmadullah menunjukkan bahwa orang yang berkata mampu memujinya. Berbeda dengan Alhamd ulillah yang menunjukkan bahwa Allah itu terpuji sebelum dipuji oleh mereka yang memuji dan sebelum disyukuri oleh mereka yang bersyukur. Baik mereka memuji atau tidak, bersyukur atau tidak. Dia terpuji sejak azali (sebelum makhluk diciptakan) sampai abadi dengan firmanya yang kodim (bukan makhluk).

b. Alhamdu lillah menunjukkan bahwa Allah berhak pujian karena dzatnya, karena dia banyak memberikan nikmat dan kebaikan kepada para hamba. Jika yang diucapkan adalah ahmadullah, maka tidak menunjukkan bahwa dia berhak dipuji karena dzatnya. Sedangkan jelas bahwa kata yang menunjukkan berhak dipuji lebih tepat daripada kata yang menunjukkan bahwa seseorang memujinya.

c. Ahmadullah menunjukkan bahwa seseorang telah memuji, namun dengan pujian yang tidak sesuai. Berbeda dengan Alhamdu lillah yang seakan-akan berarti: "siapakah saya sehingga saya memujinya? Namun dia terpuji dengan pujian semua orang yang memuji. " Perumpamaannya adalah jika anda ditanya: " apakah dia memberikan nikmat kepadamu? " Jika anda hanya menjawab: "ya "itu berarti anda memujinya, namun pujiannya kurang sempurna. Berbeda jika anda menjawab: " bahwa nikmatnya diberikan kepada semua makhluk "berarti anda memuji dengan pujian yang paling lengkap.

d. Hamd berarti keyakinan bahwa yang dipuji memberikan nikmat dan berhak untuk diagungkan sesuai dengan kebesarannya. Ini belum tentu benar jika yang dikatakan adalah ahmadullah. Sebab itu berarti orang yang berkata menyatakan bahwa dirinya memuji. Padahal hakikatnya belum tentu demikian. Sedangkan jika dia mengatakan Alhamdu lillah, maka dia benar, baik hatinya pula ikut memuji atau hanya ingat terhadap makna mengagungkan. Karena makna Alhamdu lillah iyalah segala puji itu milik Allah dan di bawah kekuasaannya dan makna ini tetap benar baik dia benar-benar mengagungkan atau tidak. Dengan demikian, Alhamdu lillah lebih tepat dibandingkan dengan ahmadullah. Perumpamaannya adalah ucapan kita lailahaillallah, yang tidak mungkin dusta dan pasti benar. Berbeda dengan ditambah asyhadu yang artinya saya bersaksi. Sebab terkadang seseorang dusta dalam bersaksi, yang dikatakan dengan asyhadu. Karena itulah Allah berfirman tentang kedustaan orang-orang munafik:

"Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu pendusta. " (QS Al munafiqun:1)

Hal ini ada hubungannya dengan adzan. Di mana pertama kali adzan ada kata asyhadu, namun pada akhir azan hanya disebutkan lailahaillallah, tanpa asyhadu.

Oleh Ainun Nasihin, Dr.Hamidullah Mahmud, Lc, MA.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun