Mohon tunggu...
Muhammad Abigail Satria P
Muhammad Abigail Satria P Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN TI

Mahasiswa UIN Walisongo Semarang Fakultas Sains dan Teknologi Prodi Teknologi Informasi

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Moderasi Beragama sebagai Penguat Nilai-Nilai Kebangsaan

3 Desember 2021   23:20 Diperbarui: 3 Desember 2021   23:35 742
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Moderasi Beragama Sebagai Penguat Nilai - Nilai Kebangsaan

Ditulis oleh Muhammad Abigail S.P.

Moderasi merupakan kunci terciptanya toleransi dan kerukunan dalam beragama. Secara umum, moderasi beragama ini dipakai dalam konteks aqidah, syariat, dan akhlak tasawuf. Ada yang dikenal jabariyah dan qadariyah, ada khawarij dan mu'tazilah, dan wujudiyah muwahhid dan wujudiyah mulhid, ada ahlus sunnah wal jamaah, dan lain - lain. 

Moderasi beragama merupakan jalan tengah pemahaman dan pengalaman antara tasharruf tashadud (ekstrim keras radikal, ekstrim kanan) dan tatharruf tasahhul (ekstrim meremehkan, ekstrim kiri), antara ifrath (terlalu berlebihan) dengan tafrith (terlalu berkurangan), antara eksklusif kebenaran tunggal dengan ekstrim semua benar, antara ekstrim lahiriah dengan ekstrim batinah, antara ekstrim absolutisme dan relativisme, antara ekstrim tekstual yang terlalu kaku dengan ekstrim yang terlalu lentur. Dalam Al - Qur'an menyebutkan ummatan wasathan (tengah, adil, pilihan. Tafsir Al - Baqarah 143). Dalam hadits disebutkan, "Sebaik - baiknya perkara adalah yang tengah - tengah" (H.R. Al - Baihaqi)

Moderasi tidak hanya milik satu agama saja, tapi melekat pada setiap agama. Moderasi beragama sendiri telah dikenal dari berbagai agama seperti Islam, Kristen, Buddha, Hindu, dan Konghucu. Di Islam ada konsep wasathiyah, di Kristen ada konsep golden mean, di Buddha ada Majjhima Patipada, di Hindu ada Madhyamika, dan di Konghucu ada konsep Zhong Yong. Begitulah tradisi di setiap agama, selalu ada ajaran "Jalan Tengah".

Moderasi beragama adalah bagian dari strategi bangsa untuk merawat Indonesia. Bangsa Indonesia memiliki keragaman yang sangat beragam, sejak awal para pendiri bangsa sudah berhasil mewariskan satu bentuk kesepakatan dalam berbangsa dan bernegara, yakni Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), yang telah nyata berhasil menyatukan bangsa Indonesia disepakati bukan negara agama, akan tetapi juga tidak memisahkan agama dari kehidupan sehari - hari. 

Nilai agama dijaga sekaligus dengan memadukan nilai kearifan dan adat - istiadat lokal. Beberapa hukum agama juga dilembagakan oleh negara, ritual agama dan budaya berjalin berkelindan dengan rukun dan damai, itulah sesungguhnya jati diri Indonesia. Negeri yang sangat dinamis, dengan karakter yang toleran, santun, dan mampu berdialog keragaman. Maka dari itu, moderasi beragama harus menjadi bagian dari strategi kebudayaan untuk merawat jati diri kita tersebut.

Penguatan moderasi beragama tidak cukup dilakukan secara personal oleh individu, melainkan harus dilakukan secara sistematis dan terencana secara kelembagaan, bahkan oleh negara. Negara harus hadir memfasilitasi terciptanya ruang - ruang publik yang sehat untuk menciptakan interaksi masyarakat lintas agama dan kepercayaan. Jangan sebaliknya, melahirkan regulasi dan peraturan dengan sentimen agama tertentu yang diterapkan dan diberlakukan di ruang publik. Memfasilitasi bukan membatasi.

Bagi bangsa Indonesia, keragaman diyakini sebagai kehendak Tuhan. Keragaman tidak diminta, melainkan pemberian Tuhan Yang Mencipta, bukan untuk ditawar melainkan untuk diterima (taken for granted). Indonesia adalah negara dengan keragaman etnis, suku, budaya, bahasa, dan agama yang nyaris tiada tandingannya di dunia. 

Selain enam agama yang paling banyak dipeluk oleh masyarakat, ada ratusan bahkan ribuan suku, bahasa dan aksara daerah, serta kepercayaan lokal di Indonesia. Dengan kenyataan beragamnya masyarakat Indonesia itu, dapat dibayangkan betapa beragamnya pendapat, pandangan, keyakinan, dan kepentingan masing-masing warga bangsa, termasuk dalam beragama. Beruntung kita memiliki satu bahasa persatuan, bahasa Indonesia, sehingga berbagai keragaman keyakinan tersebut masih dapat dikomunikasikan, dan karenanya antarwarga bisa saling memahami satu sama lain. Meski begitu, gesekan akibat keliru mengelola keragaman itu tak urung kadang terjadi.

Dari sudut pandang agama, keragaman adalah anugerah dan kehendak Tuhan; jika Tuhan menghendaki, tentu tidak sulit membuat hamba-hamba-Nya menjadi seragam dan satu jenis saja. Tapi Tuhan memang Maha Menghendaki agar umat manusia beragam, bersuku-suku, berbangsa-bangsa, dengan tujuan agar kehidupan menjadi dinamis, saling belajar, dan saling mengenal satu sama lain. Dengan begitu, bukankah keragaman itu sangat indah? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun