Mohon tunggu...
Manggala_Bintang
Manggala_Bintang Mohon Tunggu... Guru - Keterangan profil

U should do what yo should do

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Resmi Berdiri, 6 Tempat Ibadah di Surabaya Berada di Kawasan Royal Residence

24 Mei 2021   11:10 Diperbarui: 24 Mei 2021   11:30 3025
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Surabaya - Royal Residence memiliki pesona tersendiri yang berbeda dari yang lain, tempat yang luas dan keamanan yang super ramah membuat banyak orang yang berkunjung ke tempat ini betah dan nyaman berlama lama. Entah itu untuk bertemu saudara, sekedar berfoto & beribadah. Ada yang menarik dari royal residence Surabaya, salah sartunya ialah tempat ibadah yang dibangun berdampingan.

Tak hanya satu akan tetapi 6 agama yang ada di Indonesia dibuatkannya masing masing tempat ibadah, Dalam satu lokasi itu ada Masjid Muhajirin, Gereja Katolik Kapel Santo Yustinus dan Kristen Protestan GKI Royal Residence, Kelenteng Ba De Miao, Vihara Budhayana Royal Residence, dan Pura Sakti Raden Wijaya, tempat ibadah tersebut berdiri gagah di lahan seluas 400 meter, jarak tiap tempat ibadah sangat lah dekat, hanya berjarak 3 meter saja di tiap bangunan. 

Pertama kali lahan itu untuk kepentingan umum yaitu untuk pasar modern. Akan tetapi dikemudian hari warga memiliki kepentingan yang sangat mendesak perihal ibadah, mereka tiap sholat subuh sangat kesusahan sekali karna letaknya yang jauh dari komplek. Maka dari itu warga berunding dengan developer setempat agar di buatkan tempat ibadah agar tidak keluar komplek saat beribadah. Lalu developer tidak hanya membangun 1 rumah ibadah saja, melainkan 6 rumah ibadah.  

Tak hanya fokus pada pembangunan tempat ibadah, para warga terbersit untuk membuat organisasi untuk wadah semua umat beragama di Royal Residence. Maka tercetuslah ide membuat Forum Komunikasi Rumah Ibadah (FKRI). "Permasalahan yang ada nantinya bisa diminimalisir dengan adanya FKRI ini. Kami tidak mengurus agamanya, tapi rumah ibadahnya, saling menampung dan bisa share jadwal kalau memang mau ada acara atau kegiatan di rumah ibadah masing-masing," jelas Bli Made.

Made menambahkan, selama ini kerukunan antar umat di kawasan perumahan ini diakuinya cukup terjaga, meski dalam satu lokasi berderet 6 rumah ibadah dari 6 agama yang berbeda. Untuk tetap menjaga kebersamaan tanpa mengganggu peribadatan masing-masing umat, ada beberapa kesepakatan yang dicapai oleh warga.

Ia mencontohkan, meski masjid berpengeras suara, namun itu hanya digunakan untuk azan saja. Di luar itu, masjid hanya menggunakan pengeras suara yang ada di dalam masjid. Demikian juga dengan gereja maupun tempat ibadah lainnya, meski terdapat lonceng, namun tidak pernah dibunyikan.

"Kesepakatan warga demikian. Bahkan, di masjid tidak ada bedhugnya. Lonceng di gereja atau rumah ibadah lainnya tetap ada, tapi bandulnya dilepas, seh
Adanya FKRI, lanjut bli made, membuat para pemeluk agama bisa menjadwalkan kegiatan masing-masing. Hasilnya, tidak ada jadwal peribadatan yang sama dan berpotensi mengganggu khidmat atau sakralnya ibadah masing-masing. "Tujuannya tetap komunikasi, koordinasi," Dengan adanya ide & bangunan 6 tempat ibadah ini, semoga  mampu menjadi contoh untuk daerah lain, dan jadi pioner daerah setempat. – ucap Bli Made

Selain itu, para tokoh yang ditunjuk di FKRI juga menyepakati hal yang unik di masing-masing tempat ibadah. Seperti di masjid, pengeras suara hanya terpasang di dalam kemudian tidak ada beduk dan di gereja tidak adanya lonceng."Itu juga wujud toleransi di antara kami, agar tidak ada yang terganggu satu sama lain.

 Tujuan kami tetap menjaga kerukunan," ujar bli made  Termasuk lahan parkir, di FKRI juga telah sepakat semua boleh menggunakan lahan parkir yang ada di komplek depan rumah ibadah. Akan tetapi, yang paling utama ialah memarkirkan kendaraan di depan rumah ibadahnya terlebih dahulu. Saat ini, semua warga  berharap agar warga di perumahan terus menjaga toleransi antar umat beragama. Ia tidak ingin membawa masalah intoleransi di luar perumahan. Ia ingin mencontohkan keberagaman itu bisa dirawat di dalam perumahan elit. "Ya saat ini mohon doanya saja agar kami tetap rukun. Saya tahu ke depan tidak mudah koordinasi dengan adanya enam tempat ibadah. Tapi saya yakin bisa merawat kerukunan di sini," ujar dia.

Pada dasarnya agama adalah wadah & tuntunan kita agar bisa menjadi lebih baik. Tidak ada agama yang mengajarkan kita untuk berbuat buruk. Yang dilakukan oleh petinggi royal residence sudah tepat. Tak disangka hal tersebut menjadi sorotan media dan lainnya. Video yang menampakkan rumah ibadah enam agama dibangun berjejer di Royal Residence Surabaya juga sempat viral di twitter Video viral ini diunggah oleh akun twitter @LeeSandriana pada Rabu (17/7/2019)Video berdurasi 43 detik ini merekam rumah ibadah enam agama dibangun berjejer di Royal Residence Surabaya. Hingga berita ini diturunkan tweet ini sudah mendapat lebih dari 15 ribu retweet, 26 ribu likes, dan dilihat 412 ribu kali. Harapannya semoga Dengan dibangunnya 6 tempat ibadah ini menjadi contoh perumahan elite yang lain

Terkait dengan area parkir para jemaah juga didiskusikan dalam Forum Komunikasi antar Rumah Ibadah Royal Residence. "Sementara, solusinya, para jemaah parkir di depan rumah ibadahnya masing-masing. Kalau tidak cukup, sisanya dialihkan untuk parkir di area jalan dengan sisi yang ditentukan oleh pihak keamanan," terangnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun