Mohon tunggu...
Muhammad Syamsul Arif
Muhammad Syamsul Arif Mohon Tunggu... Freelancer - Berjuang .....

Alumni YAPI, Bangil, Jawa Timur dan Al-Mustafa International University, Republik Islam Iran

Selanjutnya

Tutup

Politik

Perseteruan Iran-Saudi dan Upaya Mendongkrak Harga Minyak Dunia

7 Januari 2016   02:42 Diperbarui: 7 Januari 2016   17:18 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Ada tiga teori yang berkembang di kalangan para pemikir dan politikus dunia ketika menanggapi perseteruan yang sekarang sedang menghangat antara Iran dan Arab Saudi: murni persoalan kedaulatan, kepentingan ekonomi, dan pertaruhan gengsi sektarian, [Republika, 6-1-2016]. Tapi semua ini bersumber dari satu masalah: eksekusi mati Syaikh Nimr Al-Nimr yang notabene merupakan seorang tokoh pejuang pembela rakyat Saudi.

Perseteruan antara Iran dan Arab Saudi memang telah mampu mendongkrak harga minyak pada hari Ahad lalu hingga harga 38 dolar. Tentu, besar harapan Riyadh supaya kenaikan harga ini terus tercapai sehingga defisit anggaran yang dialami Arab Saudi bisa didongkrak.

Akan tetapi, harga minyak hari ini, Rabu (6/1), turun anjlok di harga paling rendah selama 11 tahun terakhir.  Harga minyak hari ini turun sebesar 2 persen. Jadwal harga minyak menunjukkan harga 35,66 dolar. Dari sejak tahun 2004 lalu, harga ini tidak pernah terjadi.  Kenaikan harga minyak tersebut hanya bisa bertahan pada hari Ahad dan Senin. Prediksi kenaikan harga hingga 40 dolar pun terbukti keliru.  Di kalangan saudagar minyak Amerika, harga minyak juga mengalami penurunan sebesar 1,5 persen dan sampai mencapai harga 35,44 dolar.  Masalah paling fundamental yang mempengaruhi pasar energi dunia adalah penawaran. Penawaran yang lebih besar daripada permintaan tentu akan mempengaruhi harga. Penurunan perkembangan ekonomi China menyebabkan permintaan negara ini berkurang secara drastis, [Shabestan, 6-1-2016].

Dengan realita yang sekarang ada di depan mata kita, tentu kita tidak bisa bertumpu pada terori kedua yang menganggap perseteruan tersebut hanya berlandaskan pada kepentingan ekonomi semata. Kekalahan Riyadh di Yaman, Suriah, dan Iraq, serta keberhasilan Iran menggapai sebuah kesepakatan nuklir dengan enam negara kuat dunia yang secara otomatis telah menempatkan Tehran dalam posisi ketujuh kekuatan dunia mendorong para penguasa Saudi untuk bermain api. Sebuah permainan yang harus dimainkan sekalipun dengan memutus hubungan diplomatik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun