Kekalahan 1-0 dari tim nasional Australia U-19 di Piala Asia menutup peluang tim nasional U-19 Indonesia untuk lolos ke babak selanjutnya.
Pertandingan melawan Australia tadi menjadi antiklimaks dari perjalanan timnas U-19.Permainan satu dua yang cepat, umpan pendek pendek panjang yang kita kenal dengan pepepa, seakan hilang di pertandingan tadi. Terutama setelah Jaushua Satirio menjebol gawang Ravi Murdianto.
Hargianto sering melakukan umpan panjang direct yang tidak perlu. Paulo Sitanggang sering kebingungan ketika memegang bola. Ini karena tidak adanya pergerakan tanpa bola dari pemain lain. Evan Dimas pun sulit menemukan partner yang pas di lini tengah. Kita seakan kembali ke kebiasaan lama: visi bermain yang tidak jelas.
Pemain-pemain Australia U-19 jauh lebih tenang ketika memegang bola. Mereka, setelah unggul 1-0, bisa dengan leluasa memainkan bola di area pertahanan Indonesia. Ketika pemain kita berhasil merebut bola, justru malah terkesan buru-buru, sehingga sering gagal mengontrol bola.
Permainan monoton, miskin kreativitas, stamina yang terlihat menurun, merupakan beberapa masalah yang jelas terlihat di pertandingan tadi. Mental para pemain pun kelihatannya mulai lemah. Identitas permainan timnas U-19 entah kemana.
Perlu pembenahan dari berbagai sektor. Kita baru saja kehilangan momentum untuk tampil di Piala Dunia tahun depan. Level permainan seharusnya bisa dipertahankan. Mental pemain kita yang selalu menjadi masalah, apalagi jika sudah tertinggal. Ketika mental ambruk, otomatis level permainan langsung melorot. Kita belum siap untuk mempertahankan level permainan.
Tetap semangat, Evan Dimas dkk !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H