Diantara kita ada yang bangga dengan jubah kesholehannya. Menampakkan jati diri keimanannya hampir setaraf dengan waliyullah. Diantara kita ada yang malu mempertontonkan kenakalannya-kenekadannya diam-diam ia sembunyikan agar masyarakat luas tidak menvonis ia sebagai figur kezhaliman.
Kesholehan kita seringkali membawa nasib mujur kehidupan yang tidak kita duga. Barangkali dengan kesholehan kita Tuhan sedikit tersenyum diantara sekumpulan draft kesalahan-kesalahan yang masih rutin kita lakukan. Kemungkinannya kita menjadi baik di antara ketidakbaikan yang semakin merajalela.
Saudara setanah air-anak cucu-cicit Bapak Adam As dan Ibu Hawa, kita ini telah lama oleh rasa kemanusiaan yang benar-benar tulus lahir dari bentuk ketidakberdayaan kita sebagai manusia. Manusia diciptakan beserta kelemahan-kelemahan, namun manusia di lengkapi oleh software otak yang mampu merekaya kelemahan-kelemahan itu menjadi potensi yang unggul.
Puasa sebagai wujud rasa cinta Gusti Allah kepada manusia, menginginkan agar manusia sedikit bisa membiasakan diri menihilkan segala sesuatu yang tidak baik untuk dirinya dan tidak merugikan selain dirinya. Pembiasaan puasa rutin setiap tahun manusia beriman jalani agar nanti di tahun berikutnya ada suatu perubahan yang signifikan.
Jika dalam ritual puasa kita belum terdapat tanda-tanda kita bisa menyadari kehambaan kita, maka segera dekati Allah dengan cara khusnudzon atas takdir-Nya.
INDONESIA, 15 AGUSTUS 2011
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H