Mohon tunggu...
Muhammad Zulkifli Syam
Muhammad Zulkifli Syam Mohon Tunggu... -

keterangan lebih lanjut hubungi pemilik blog

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hentikan Kebiaasaan Membaca

27 Mei 2010   00:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:56 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kutu Buku. Julukan ini diberikan kepada seseorang yang benar-benar cinta pada buku atau segala bentuk kegiatan membaca teks dalam bentuk apapun. Kebanyakan orang melakukan ini karena pepatah kuno "buku adalah jendela dunia". Memang benar kalau kita sering membaca maka kita akan lebih banyak tahu segala hal. Kita bisa membandingkan orang yang rutin membaca koran dengan orang yang tidak pernah sama seklai membaca koran. Tentu saja orang yang membaca koran akan lebih banyak tau keaadaan yang berlaku di sekitarnya dan teraktual. Sedangkan orang yang tidak membaca koran hanya akan terpaku pada informasi lama yang mungkin saja kurang akurat karena tidak dibaca langsung.

Ternyata gerakan membaca yang dicanangkan oleh beberapa pemerintah daerah jika melebihi targetnya maka akan menimbulkan dampak yang buruk pada kehisupan sosial. Saya menyadari ini ketika saya membaca sebuah novel berjudul "To Tokyo To Love". Saat itu saya memang sangat keranjingan membaca. Namun dari novel itu pula saya sadar, orang yang terlalu banyak membaca akan menimbukan kesenjangan sosial.

Dalam novel itu diceritakan bahwa suatu ketika tokoh utama menumpangi kereta di kota Tokyo , Dia kemudian membandingkan suasana bis kota di Jakarta dengan yang dialaminya saat itu. Sangat berbeda sekali jika di bis kota maka dengan mudah kita menemukan kenalan, teman bicara walupun setelah turun dari bis kita tidak mengenalnya lagi dan objek-objek khusus yang terperhatikan atau minta perhatian seperti pengamen, copet, kondektur bis dan sebagainya.

Di dalam kereta di Tokyo itu, dia merasa sendirian dan sangat kesepian, bagaaimana tidak. Hampir semua orang disana tertekun dan fokus pada buku yang ada di tangannnya,. Tak seorangpun di antara mereka yang bercerita atau menyapa orang yang di sebelahnya. Telinga mereka juga sibuk mendengar musik dari pemutar musik mereka sendiri dan langsung masuk kle telinga sendiri melalui headset. SANGAT INDIVIDUALISTIS

Semua yang baik memang butuh pengorbanan. Untuk mendapatkan pengetahuan yang banyak maka kita butuh banyak buku dan banyak membaca dan yang kita korbankan adalah sifat sosial kita yang cenderung memperhatikan apa yang ada di sekitar kita. Sifat sosial yang tinggi juga membutuhkan pengorbanan. Kepekaan sosial akan terwujud jika kita sering berinteraksi dengan manusia bukan dengan lembaran kertas apalagi komputer.

Cara terbaik adalah menyeimbangkan kedunya. Boleh-boleh saja anda gemar membaca namun ingat, anda tidak hidup sendiri di dunia yang luas ini. Anda juga butuh interaksi dengan manusia lainnya. Selain itu anda tidak meungkin berinteraksi terus-menerus dengan berbagai macam manusia dengan bobot pembicaraan yang tidak berkualitas karena anda tidak menambah pengetahuan anda dengan membaca.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun