Malam itu ketika membuka facebook, chatingan dengan seorang teman SMA yang kini melanjutkan S2 di Korea Selatan. Ia pulang ke Indonesia untuk melangsungkan pernikahan beberapa minggu lagi. Ia bertanya apakah saya tahu lembaga yang memberikan beasiswa bagi siswa tidak mampu. Khususnya untuk membiayai pendaftaran SNMPTN bagi siswa yang  tidak mampu membayarnya. Yang akan ditutup esok hari. Saya tidak tahu itu. Untungnya hanya satu orang saja. Maka saya menyanggupi untuk membantunya dan mengirimkan dana yang dibutuhkan malam itu juga. Bukan bermaksud pamer. Tapi mumpung masih ada dana cadangan di kantong saya. Sekaligus miris.
Kita tahu biaya SNMPTN hanya kisaran 150-200 ribu. Bagi sebagian orang. Nominal itu tidak terlalu besar. Tapi ternyata masih ada yang tidak mampu mengusahakannya. Walaupun dana pendidikan di Indonesia telah ditingkatkan, itu masih belum bisa menjamin siswa tidak mampu melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi, padahal mereka juga mempunyai potensi yang besar. Pernah say abaca anak-anak SMA berbakat di Bandung banyak yang tidak bisa melanjutkan studinya hanya karena tidak bisa membayar biaya pendaftaran. Ini berbeda sekali dengan di luar negeri yang banyak memberikan bantuan dan beasiswa bagi siswa-siswinya. Baik dari pemerintah atau swasta.
Saya mempunyai mimpi. Mendirikan lembaga pendidikan yang tidak memungut biaya seperpun. Langkah awal yang bisa dilakukan sekarang adalah membantu siapapun yang kurang mampu dalam melanjutkan studinya. Bahkan saya dengan Pedenya memberitahukan ke keluarga saya tentang lembaga yang belum ada wujudnya; Andrie Foundation. Tapi saya telah menabung dan menunggu waktu yang tepat untuk memberikannya kepada yang membutuhkan. Minimal ke anak didik di sekolah saya.
Tapi sepertinya Tuhan ingin sekali melihat saya segera bertindak. Ia mengirim seorang siswi lulusan SMA yang kesulitan untuk mendaftar SNMPTN karena tidak memiliki dana yang cukup. Lewat jalur yang menurut saya agak rumit. Teman saya itu mendapat kabar dari temannya yang berada di Jerman. Nah ia ternyata yang mempunyai teman di Indonesia yang yang tidak mampu itu.Walaupun harus pergi ke ATM terdekat jam 11 malam. Semoga itu bisa sedikit membantunya.
Rasanya, kita perlu mendengungkan kembali gerakan Orang Tua Asuh dimana-mana. Menyisihkan sebagian harta yang kita miliki untuk mereka yang membutuhkan. Saya masih ingat program ini digalakkan oleh pemerintah ketika saya masih SD. Dengan Rano Karno (kalau tidak salah) yang ditunjuk menjadi duta programnya. Menggembar-gemborkan program ini di televisi. Hal itu pula yang menginspirasi saya untuk bercita-cita membantu orang-orang di sekitar saya dengan kemampuan yang ada.
Saya yakin anda sebagai setuju dengan hal ini. Jika setiap orang mampu untuk membantu minimal satu anak yang ada di sekitarnya, saya rasa ini sudah cukup membantu. Sebaliknya, jika hal ini tidak dilakukan, otomatis kita akan menyia-nyiakan aset berharga yang dimiliki bangsa ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H