Mohon tunggu...
Muhamat rijalSaputra
Muhamat rijalSaputra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang pria kelahiran 2003 yang saat ini menjadi mahasiswa di Universitas Pamulang fakultas ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Fenomena Penggunaan Bahasa Jaksel

13 Juni 2022   20:15 Diperbarui: 13 Juni 2022   20:32 785
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bahasa adalah kemampuan yang dimiliki manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lainnya menggunakan tanda misalnya kata dan gerakan. Kajian ilmiah bahasa disebut ilmu linguistik. Namun berkembangnya zaman bahasa mengalami banyak perubahan contohya seperti fenomena penggunaan bahasa Jaksel atau bahasa yang mencampur antara bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, 

yang sering digunakan anak muda di daerah Jakarta Selatan, contohnya seperti Which is, Riffer, that is way, bassicly dan lain-lain. Sama dengan bahasa lainnya bahasa Jaksel tidak hanya digunakan sebagai alat komunikasi saja tetapi juga sebagai representasi kultur sehingga bahasa juga mencerminkan pendidikan ekonomi dan pergaulan anak muda Indonesia. Penggabungan dua bahasa ini banyak menarik perhatian karena dianggap berbeda dari bahasa Indonesia yang baik dan benar.

 Kenapa si anak Jakarta Selatan selalu mixing language saat berbicara?. Secara goegrafis wilayah Jakarta Selatan banyak dikelilingi oleh instansi Pendidikan bertaraf internasional yang mayoritas memiliki guru native speakers. Hal ini menjadi faktor pendorong yang membuat orang-orang wilayah Jakarta Selatam 

sering melakukan mixing language ketika berkomunikasi dengan lawan bicaranya.Hal ini bukanlah hal yang buruk, trend ini biasanya digunakan diantara teman-teman atau anak muda sepantaran yang konsepnya seperti keluarga campuran Amerika.

 Banyak pendapat tentang penggunaan bahasa Jaksel ini, contohnya seperti pendapat yang dipaparkan oleh masyarakat di situs quora, ada yang berpendapat bahwa penggunaan bahasa itu membuatnya "ilfeel" (ilang feeling) dengan alasan, banyak orang yang kurang paham dengan bahasa inggris. Ada juga yang mengatakan bahwa bahasa gado-gado ini adalah buah hasil dari kemalasan orang-orang untuk mecari kata ekuivalen dalam bahasa Indonesia.

Penggunaan bahasa ini tidak hanya digunakan oleh kalangan anak-anak muda saja, tetapi beberapa publik figur juga menggunakannya seperti Najwa Shihab dan Sri Mulyani saat mereka melakukan diskusi tentang DPR dan PILPRES di akun Youtube Najwa Shihab. 

Dalam diskusi mereka tersebut ada beberapa kali menggunakan bahasa campuran Indonesia dan Inggris, karena untuk menemukan suatu kata yang pas untuk di utarakan jika dalam bahasa Indonesia tidak ada kata yang pas untuk menggambarkannya.

Fenomena penggunaan bahasa yang dicampur ini tidak terlepas dari dampak negatif dan juga positifnya. Dampak negatif dari adanya fenomena percampuran bahasa ini ialah saat penggunaannya yang tidak didasarkan dengan pemahaman yang benar dan hanya sekedar mengitu trend saja 

sehingga penggunaannya kurang tepat. Budaya dan masyarakat Indonesia menganggap bahwa bahasa Inggris merupakan  suatu bahasa yang lebih tinggi dibandingkan bahasanya sendiri, disisi lain ada hal lain yang juga dikhawatirkan yaitu saat para anak muda lebih memilih menggunakan 

bahasa Inggris yang dicampur dengan bahasa Indonesia secara terus menerus, suatu saat akan melunturkan kecintaan anak-anak muda terhadap bahasa Indonesia dan juga di masa depan para anak muda tidak dapat menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar sesuai ejaan yang disesuaikan.

Dampak positif dari adanya fenomena bahasa campuran ini yaitu anak-anak muda lebih merasa percaya diri saat menggunakan bahasa inggris, selain itu anak-anak muda juga akan lebih terpacu dan lebih ingin tahu untuk menguasai dan memahami kosa kata kosa kata baru 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun