Mohon tunggu...
Muhamat Arif
Muhamat Arif Mohon Tunggu... -

You can share to me everything

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Cemburu Bukti Cinta? Yuk Tengok Kisah Nabi!

13 Januari 2015   06:00 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:16 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_390385" align="aligncenter" width="300" caption="Sumber: www.quickmeme.com/jealous"][/caption]

Suatu malam Nabi terjaga dari tidurnya dan berjalan keluar menuju pemakaman dekat kediamannya (Madinah) untuk memberikan salam kepada penghuni kubur di sana. Ketika pagi tiba, beliau sampai rumah dan mendapati istrinya, Aisyah RA, yang sedang sakit sebelumnya. Beliau berniat menggoda Aisyah seraya berkata, “Wahai istriku, apabila engkau meninggal dunia lebih dulu dari aku, maka aku sendiri yang akan mengurus jenazahmu dengan memakaikan kain kafan, menshalatimu dan menguburkan jenazahmu”. Dengan nada sedikit melengking, Aisyah RA menjawab, “Agar selain diriku, istri-istri Nabi yang lain, dapat merasakan kebahagiaan, sementara Allah mencambukku karena mempunyai perasaan seperti itu. Jika engkau mengatakan hal itu lagi, aku akan pulang ke rumah orang tuaku agar engkau dapat bermesraan dengan istri-istrimu yang lain”. Mendengar jawaban itu, Nabi tersenyum dan memancarlah wajah kasih sayang beliau (HR. Hakim)

Menyimak dari hadist tersebut, ada satu inti sari yang tersirat, yaitu CEMBURU. Dari beberapa kisah beliau, Aisyah RA ialah salah satu istri Nabi yang pencemburu. Hal ini semata-mata karena cintanya Aisyah terhadap Nabi. Dan dalam beberapa hadist lain, Nabi juga sangat sabar dan romantis menghadapi kecemburuan istri-istrinya. Suatu riwayat mengisahkan, “Suatu ketika Nabi sedang berada di rumah salah satu beliau. Tiba-tiba istri yang lain mengirimkan makanan. Melihat kejadian itu, istri sang pemilik rumah, memukul pelayan pembawa makanan itu, jatuhlah mangkuk itu dan pecah berkeping-keping. Melihat kejadian itu pula, Nabi langsung menghampiri pelayan tersebut sambil mengambil serpihan mangkok serta memakan makanannya yang tumpah, seraya berkata: Ibu kalian sedang cemburu! Kemudian Nabi memberikan mangkok tersebut bersama istri yang sedang bersamanya kepada pemilik mangkok tersebut. Kemudian mangkok tersebut disimpan di rumah istri yang sedang bersama beliau” (HR. Bukhori).

Begitulah cara Nabi menghadapi kecemburuan istri-istri beliau. Dalam perkembangan islam modern, mungkin cara-cara itu sangat sulit ditemui. Kebanyakan keegoan masing-masing pasangan akan memantik perselisihan ketika ada kecemburuan yang diungkapkan. Maka dari itu perlu adanya sikap yang mendasari dalam melempar rasa cemburu terhadap pasangan (suami-istri) yaitu keadilan karena cinta. Cintalah yang mendasari sikap cemburu. Ketika seseorang tidak memiliki rasa cemburu, maka cinta dalam hatinya sirnalah pula. Tak ada lagi perhatian dan rasa ingin diperhatikan oleh pasangan.

Cemburu ialah sikap terpuji dalam menjaga kemuliaan dan kehormatan di mata manusia dan Allah. Kecemburuan ibarat api lilin yang ketika ada, ia akan membesar jikalau ia dibiarkan dan merambah, namun juga akan hampa ketika pekatnya malam tanpa adanya ia. Akan lebih baik dan indah ketika lilin itu tadi menyalakan ketika gelap, namun untuk beberapa waktu ditiup perlahan-lahan untuk mematikan dan merasakan aromanya. Itulah romansa tentang kecemburuan.

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun